Thursday, 30 June 2016

Penyihir Cahaya (Chapter 2)




Chapter 2 : Kakakku Bukan Pembunuh!


"Hari yang melelahkan.." keluhku sambil membuang pandangan ke lantai, memijat-mijat kecil kening sambil mengingat hari ini kakiku letih karena berlari, dan bersembunyi dari kejaran dia. Laki-laki bernama Troy yang terus memintaku menolong kakak perempuannya bukan pelaku pembunuhan tadi pagi.
"Dasar menyebalkan.." aku masih mengutuk diriku sendiri yang sudah mengatakan pada paman, bahwa bukan kak Luis melakukan pembunuhan itu sehingga di dengar oleh Troy yang ternyata sekolah di tawazun juga, dia mengikutiku dari kelas kekantin sampai pulang kerumah, dia terus memintaku untuk membantunya. "Dasar pengganggu.." umpatku sambil mengingat wajah Troy yang sebenarnya terlihat sangat sendu dan layu.
"Kamu kenapa dek? Mau membantu siapa?" tanya kak Arshad yang ternyata sudah pulang dari mengajar. Aku hanya memandangnya diam bingung ingin menjelaskan dari mana, tapi meski bagaimanapun juga aku tak akan pernah bisa berbohong padanya. Bagaimanapun aku menyangkal kenyataan pada akhirnya, aku akan menyerah karena kak Arshad selalu berhasil membaca hati nuraniku.
"Tadi pagi saat aku datang ke kantor paman, aku lihat paman sedang mengintrogasi pelaku pembunuhan yang diceritakan tante pagi itu lho kak, tapi aneh sekali aku lihat yang dipikirannya bukan dia yang melakukan pembunuhan itu, tapi wanita itu hanya diam dan mengiyakan semua tuduhan serta pertanyaan paman. Saat Aku jelaskan apa yang ku lihat Troy, adik laki-laki dari perempuan itu ternyata mendengar percakapan kami dan dia minta aku menjadi saksi bahwa kakaknya tidak bersalah. Sedangkan bagaimana caranya? Tidak mungkin Aku bilang bahwa aku punya kekuatan bisa melihat apa yang sedang orang lain pikirkan. Tapi laki-laki itu terus mengikutiku sampai pulang kerumah untuk meminta bantuanku." kak Arshad duduk disampingku mendengarkan dengan seksama.
"Kamu ngin membantunya, hati kecilmu tak bisa berbohong" mata tajam kak Arshad menatapku karena tahu hati nuraniku sebenarnya tak bisa menerima tuduhan itu. "Tapi dari pada identitas kita terbongkar, diam saja sepertinya pilihan yang tepat" kata kak Arshad sambil mengelus kepalaku yang masih berbalut jilbab putih dari pulang sekolah.
"Aku mau kekamar kak" kataku dengan wajah lesu melangkahkan kaki ke anak tangga menuju kamar yang berada di atas. Kak Arshad hanya tersenyum tipis padaku, dia tahu aku masih memikirkan kak Luis.
Saat hendak kekamar aku menatap kamar kak Bagas ku ketuk pintu kamarnya dengan ragu-ragu "Kak ada didalam kamar gak?" tanyaku setengah berteriak
"Masuk saja dek" terdengar suara dari dalam kamar.
"Ada apa?" tanyanya sambil menghadap laptop dengan tumpukan buku-buku yang bertemakan psikology islam
Kuceritakan kejadian tadi pagi pada kak Bagas, dia bergumam "pasti Troy sangat menyayangi kakak perempuannya sampai dia berbuat begitu"
"Aku tak bisa mengabaikan hatiku sendiri kak, wajah sedih Troy dan yang kulihat di pikiran kakaknya terus menggangguku. Bagaimana bisa aku diam saja sedangkan aku tahu ini bukan seperti yang dituduhkan padanya. Aku yakin ada alasan lain kenapa kak Luis mengiyakan semua pernyataan paman" ucapku sambil mengingat wajah murung kak Luis di kantor polisi tadi
"Kita selidiki saja, kita cari bukti" jawab kak Bagas mencoba memberi opsi pilihan, dari pada aku harus memberitahu Troy bahwa aku penyihir yang memiliki kekuatan bisa membaca pikiran orang lain.
"Bagaimana caranya?" tanyaku bingung.
"Kita introgasi yang berhubungan dengan Luis dan Hadi. Kita cari tahu kejadian sebenarnya. Kamu kan bisa baca apa yang orang pikirkan, mungkin itu bisa membantu. setelah itu kita kasih buktinya pada paman mudah-mudahan Luis bisa lepas dari tuduhan itu" jawab kak Bagas sambil meyakinkanku.
"Kakak akan membantuku kan?" tanyaku dengan nada antusias
"Iya dong, semua yang berhubungan dengan Aurora harus melibatkan kakak juga" kak Bagas menampakkan wajah lembutnya sambil mencubit pipi kananku. Aku merasa lega dan mulai memikirkan bagaimana caranya membantu Troy dan kak Luis.
Seharian ini aku terus berpikir kenapa kak Luis tak mengatakan yang sesungguhnya? Apa dia di ancam seseorang atau sedang melindungi penjahat yang sebenarnya Hingga malam tiba, rembulan tampak terang bersinar di balik jendela kamarku, ada banyak pertanyaan di kepala. Hingga mataku terlelap sendiri dengan semua analisa yang kubuat menambah rasa penasaran di hatiku.
***
"Auroraaa..." suara kak Berto mengagetkanku yang sedang bersantai di kamar, karena hari ini hari minggu jadwal libur sekolah. Sadar namaku di panggil dengan cukup keras membuat ku cepat-cepat turun ke bawah menemui kak Berto.
"Dek pakai jilbabmu. Ada laki-laki yang mencarimu diluar" kak Arshad ada didepan pintu kamarku, memberitahu setengah kejadian yang terjadi di bawah. Dengan cepat kupakai semua perlengkapan penutup auratku. 'Untung aku sudah mandi' pikirku.
"Dek, kakak gak tahu sejak kapan dia berlutut di depan rumah kita, tapi Saat kakak tanya ada apa dia bilang ingin minta bantuanmu" jelas kak Berto padaku yang masih tegak berdiri di depan pintu rumah, karena jalannya terhadang oleh Troy yang sedang berlutut dengan wajah sedihnya.
"Diakah yang kamu ceritakan kemarin dek?" tanya kak Arshad padaku dengan wajah dinginnya.
"Ini Troy? Adiknya Luis? Jangan berlutut begitu. Berdirilah ayo masuk kerumah kami, tenang saja Aurora akan membantumu" ujar kak Bagas yang tiba-tiba muncul dari belakangku dan membantu Troy berdiri sambil menuntunnya duduk di kursi.
"Ada apa ini? Kalian sedang membicarakan apa? Aku tidak mengerti!" ujar kak Berto dengan nada bingung, dan kak Arshad menatap tajam padaku. Aku hanya bisa tersenyum tipis menanggapi mereka berdua.
Kak Bagas sibuk memberikan Troy sarapan. Sedangkan aku ditarik ke dapur ditanya ini itu oleh kak Berto dan kak Arshad. Akhirnya kujelaskan pada mereka bahwa aku dan kak Bagas akan membantu Troy menyelamatkan kak Luis dari tuduhan pembunuhan itu.
"Baiklah kalau kau sudah bertekad kuat, kakak akan ikut membantu.." ujar kak Berto tampak semangat.
"Bukannya kakak pagi ini ada latihan karate?" tanyaku meski senang dengan penyataan yang diucapkannya
"Itu bisa diaturlah, mana mungkin aku membiarkan hanya kau dan kak Bagas saja yang menyelidikinya. Kau tahu sendirikan seperti apa kak Bagas itu? Jika nanti keadaan menjadi kritis yang ada malah nanti dia menyerahkan diri secara sukarela demi menyelamatkanmu. Harus ada aku yang melindungimu dek, ingat ini kasus pembunuhan! jika pembunuhnya macam-macam padamu dia harus melawan kak Berto dulu, pemenang karate mendali emas tingkat nasional" nada bangga kak Berto membuat aku dan kak Arshad tertawa geli melihat tingkahnya mengeluarkan jurus-jurus karate yang jadi andalannya.
"Kakak bisa baca hati nurani seseorang, mungkin bisa membantumu juga. Tak akan kakak biarkan kau ada apa-apa. Nanti jika ada yang berniat jahat denganmu, kakak akan langsung kasih tahu Berto biar bisa di hajar habis orang itu" ujar kak Arshad sambil mengedipkan sebelah matanya, pertanda setuju dengan rencanaku dan kak Bagas.
Kami jelaskan pada Troy bahwa kami berempat setuju membantunya, dengan wajah haru Troy mengucapkan terimakasih berulang-ulang kali pada kami. Lalu penyelidikan untuk mencari bukti akan dimulai dari kamar kak Luis, dirumahnya. Ini saran dari kak Arshad katanya jika kita ingin tahu seseorang maka kita harus mengenali tempat tinggalnya, 50% informasi pribadi pelaku atau korban ataupun dengan orang-orang yang bersangkutan akan dapat membantu mendapatkan bukti.
***
Barang-barang tertata cukup rapi, warna dominan biru muda dan dinding polos hanya tertempel jam dinding, terlihat kamar ini tak lagi ditempati. Aku, kak Arshad, kak Bagas, kak Berto dan Troy berada di kamar kak Luis, memeriksa semua barang milik kak Luis disini berharap ada barang yang bisa membantu kami mendapatkan bukti.
"Apa Ini foto Luis dan Hadi?" tanya kak Arshad pada Troy sambil menunjuk bingkai foto diatas meja bergambar wanita dan laki-laki yang sedang tersenyum bahagia.
"Bukan... Itu kak Luis dan kak Fajri" jawab Troy dengan nada sedih
"Mereka tampak bahagia difoto ini" ujar kak Arshad lagi
"Kak Fajri adalah calon suami kak Luis, tapi sehari sebelum mereka menikah kak Fajri bunuh diri dengan cara gantung diri. Itu terjadi tiga tahun yang lalu, sejak kak Fajri meninggal kak Luis jadi depresi dia suka bicara sendiri, menangis sendiri, tertawa sendiri dan yang selalu menemaninya adalah kak Hadi" jelas Troy pada kami semua
"Apa hubungan Hadi dan Luis?" tanya kak Bagas menyelidiki
"Mereka sahabat dari sejak kecil. Kami menjadi tetangga sejak SD. Aku sangat mengenal kak Hadi. Dialah yang selalu membantu kak Luis untuk menyembuhkan depresinya. Bahkan yang lebih sering menemani kak Luis konsultasi kedokter jiwa adalah kak Hadi. Sudah dua tahun kak Luis konsultasi kejiwaan, sekarang berangsur-angsur mulai normal kembali. Itulah aku sangat yakin tak mungkin kak Luis yang melakukannya, karena sejak kak Fajri meninggal kak Hadi adalah tempat kak Luis bergantung.
Tapi setelah kejadian kak Hadi dibunuh aku yakin kejiwaan kak Luis terganggu kembali. Itulah kenapa dia seperti mayat hidup yang mengiyakan semua pernyataan pak detektif bahwa dialah pembunuhnya. Aku tak sanggup melihat kak Luis menderita lagi" ucapan Troy membuat aku tambah tak bisa terima semua tuduhan yang ditimpakan pada kak Luis, aku hanya bisa memandang Troy dengan iba dan prihatin.
"Ini buku agenda Luis?" tanya kak Berto sambil menunjukkan buku kecil yang tertulis didepanya 'buku harian'
"Iya.. Tapi tulisan itu semua adalah tentang kak Fajri. Kak Luis menulis hariannya sebelum dia depresi" jelas Troy kembali. Kak Berto hanya menanggapi diam sambil membaca lembar tiap lembar buku agenda tersebut.
"Dek katamu Luis malam kejadian pembunuhan itu dia lagi membuat kue kan? Itu tanggal 17 januari ya?" tanya kak Berto padaku
"Iya kak kenapa?" pertanyaan kak Berto mengundang penasaran di wajah kami semua
"17 januari adalah tanggal jadian Luis dan Fajri. Berarti dia sampai akhir masih menyayangi dan mengingat Fajri" ucap kak Berto pada kami
"Apa yang dilihat Aurora malam itu tidakkah cukup menjadi bukti kalau kakakku bukan pembunuhnya?" tanya Troy pada kami, membuat kami mengungkapkan berbagai alasan untuk mengalihkan pertanyaanya.
"Kita harus melihat Luis dipenjara" ajak kak Bagas setelah semua barang kak Luis selesai kami periksa, dan kami tak menemukan hal yang mencurigakan apapun.
Sesampai dipenjara, ada yang beda dengan kak Luis. Aku melihat sikapnya dingin dan tatapannya kosong. Yang sedang dipikirkannya adalah dia sedang membunuh kak Hadi, aku jadi makin bingung. Semuanya berbeda dengan yang kulihat pertamakali. Sekarang yang di ingatannya : Luis masuk ke apartemen Hadi, mereka bertengkar kemudian Luis mengambil pisau dan menusuk Hadi diperutnya beberapa kali hingga Hadi kehabisan darah dan meninggal. wajah Luis tersenyum sambil meninggalkan mayat Hadi di apartemennya. Sungguh semuanya berbeda dengan yang kulihat pertama kali. Kusuruh Troy berbicara berdua dengan kak Luis, dan aku mengajak kak Arshad, kak Bagas, dan kak Berto keluar. Kuceritakan yang kulihat tadi kami semua jadi bingung dan diam sambil berpikir 'ada apa sebenarnya dengan ingatannya kak Luis, mungkinkah aku yang salah lihat? Tapi kenapa semua tampak berbeda sekali dengan yang kulihat pertama kali' tanyaku dalam hati.
"Tapi.. Hati nuraninya bergumam bahwa dia 'seperti kehilangan seseorang, hatinya bersedih' tak diucapkannya siapa orang itu. Aku rasa orang itu adalah Hadi. Mengingat yang diceritakan Troy bahwa Hadi selalu menemani Luis, sepertinya dia kehilangan sosok Hadi. Aku yakin yang diingatannya itu salah, karena hati tak akan mungkin salah" kak Arshad menganalisa sambil berpikir membuat aku makin bingung karena yang kulihat tak mungkin salah dengan apa yang dipikirkannya, karena tak pernah ada dalam sejarah aku salah lihat yang orang lain pikirkan.
"Kakakku tambah depresi, dia kuajak bicara tapi hanya diam saja. Tapi terakhir saat aku menyebut nama kak Hadi dia bereaksi dan mengatakan 'aku pembunuhnya' kemudian dia diam lagi, Aurora kau memang melihatnya kan bahwa kakakku hanya membuat kue lalu pulang?" nada Troy sedikit membentakku, terlihat sekali bahwa dia seperti putus asa.
"Adakah yang menjenguk Luis sebelum kau Troy?" tanya kak Berto sambil menenangkannya
"Ku tanyakan dulu" ujar Troy sambil bertanya pada polisi yang menjaga, katanya hari ni tidak ada yang menjenguk tapi kemarin sore ada. Namanya adalah Juwanda.
"Juwanda adalah dokter yang merawat kak Luis" ujar Troy pada kami.
"Dr. Juwan yang bekerja di rumah sakit Bangsa?" tanya kak Bagas pada Troy, dan Troy mengangguk tanda mengiyakan. "Dr. Juwan adalah temannya Dr.Arnold yang menjadi narasumberku membuat skripsi, kalau tidak salah Dr.Juwan itu baru tiga tahun bekerja di sini. Dia pindahan dari Singapura. Dia ahli psikologi disana. Luis pasti sangat special hingga dr. Juwan meluangkan waktu untuk menjenguk Luis kesini" jelas kak Bagas pada kami
"Kita temui dr. Juwan sekarang, kita tanyakan apa yang diucapkannya pada Luis kemarin sore" ajak kak Arshad tanpa banyak penjelasan, ada banyak praduga yang ada di pikirkan kak Arshad aku bisa lihat itu. Tapi tanpa ada bukti yang jelas kak Arshad tak akan mungkin mengatakannya pada kami dulu. Di dalam mobil kak Bagas menelpon dr.Arnold menanyakan keberadaan dr.Juwan dengan alasan ingin konsultasi untuk bahan skripsi, katanya dr.Juwan sedang menjalankan riset penelitian untuk promosi jabatan yang diterimanya jadi tak bisa diganggu, tapi kak Bagas dengan nada memohon mengatakan hanya butuh sebentar saja, akhirnya dr.Arnold memberikan alamat rumah dr.Juwan.
Kak Bagas menekan bel rumah dr. Juwan ketika kami sampai didepan rumahnya. Dr.Juwan menyambut kami dengan ramah. Diruang tamu yang cukup besar, kulihat ada bingkai foto sekeluarga tergantung didinding. Didalam foto tersebut ada gambar seorang ibu, ayah, dan dua anak laki-laki kecil bisa diartikan itu adalah gambar foto keluarga dr.Juwan. Asli indonesia mendominan wajah dr.Juwan membuatku bertanya-tanya asal dari mana sebenarnya dr.Juwan karena tak terlihat dr.Juwan berasal dari Singapura. Sebelum kami menjelaskan apa-apa kak Arshad langsung membuka suara.
"Perkenalkan ini adalah Troy adiknya Luis, wanita yang dituduh membunuh Hadi pada tanggal 17 lusa kemarin. Saat ini Luis sedang menjalankan hukuman, dan lima hari lagi dia akan disidang pengadilan" ujar kak Arshad dengan tatapan dinginnya memandang dr.Juwan. terlihat sekali wajah ramah dr.Juwan berubah jadi diam saat kak Arshad menjelaskan tentang Troy. Kami hanya diam dan menunggu tindakan dari kak Arshad. Aku bisa lihat dr.Juwan sedang mengingat kejadian saat dia menjenguk kak Luis kemarin sore, aku tak bisa mendengar yang mereka katakan tapi cara dr.Juwan memandang kak Luis sangat intens, dan kak Luis sangat mendengarkan dengan seksama.
"Apa yang dokter katakan saat menjenguk kak Luis kemarin sore?" tanyaku lancang karena rasa penasaran mulai menyelimuti relung jiwaku
"Tak ada. aku hanya menasehatinya dan memberikan semangat saja, kalian mau minum apa? Aku akan ambilkan minuman dulu" ujar dr.Juwan sambil berdiri hendak kedapur
"Kami sudah mengecek CCTV dikantor polisi. Apa yang kau ucapkan pada Luis sangat terekam jelas. Mengakulah kau lah pembunuhnya!" ujar kak Arshad dengan tatapan tajam, nada intonasi kak Arshad sangat menekan dr.Juwan membuat dr.Juwan terjebak seolah tak ada alasan lagi untuk mengelak.
"Kenapa? Kenapa Kau melakukan ini pada kakakku? Kenapa kakakku yang harus jadi korbannya!" Troy mencengkram baju dr.Juwan dengan keras. Kak Berto langsung melerai mereka dan dr.Juwan hanya tersenyum menanggapi pertanyaan Troy.
"Kalian tidak akan tahu apa yang kurasakan. 27 tahun aku bersabar dan menunggu waktu dimana kami bisa bertemu. Hanya kenangan 27 tahun silam yang ada di ingatan kami, rekaman tentang kenangan itu kuputar berulang-ulang kali setiap kali aku merindukannya. Tapi saat waktunya tiba aku kembali dan kesempatan pulang kampung datang dia malah mati dibunuh! Dibunuh dengan cara seolah-olah bunuh diri! Bahkan tak ada yang mau melihat dengan detail bahwa itu adalah pembunuhan bukan bunuh diri" ujar dr.Juwan dengan nada keras menghentakan kami semua yang ada diruangan
"Kau... Kakaknya Fajri" ujarku terbata-bata melihat semua yang di pikirannya. Dr.Juwan memikirkan kenangan masa kecilnya bersama Fajri kecil dan dr.Juwan kecil yang terlihat bahagia sedang bermain-main, tapi tiba-tiba mereka dipisahkan karena perceraian orang tua. Hanya lewat email mereka berkomunikasi. Sampai Juwan mendapatkan kabar bahwa Fajri akan menikah, Juwan yang sedang menyelesaikan berkas-berkas kepindahannya ke Indonesia tak bisa datang tepat waktu. Dan sebulan setelah Fajri meninggal Juwan baru tahu bahwa Fajri meninggal bunuh diri.
"Dan bajingan yang membunuhnya membuat itu seolah-olah bunuh diri adalah Hadi! Jadi dia pantas menerima itu semua! Sebulan yang lalu setelah menemani Luis konsultasi padaku, dengan bebasnya Hadi bercerita padaku bahwa dia putus asa karena Luis meski berangsur sembuh tapi masih tetap mencintai Fajri. Dari ceritanya muncul curiga yang amat besar dalam diriku karena tidak mungkin orang yang bahagia akan menikah melakukan bunuh diri. Setelah kucari tahu rekaman di rumah Fajri dulu saat Hadi membunuhnya disimpan oleh Hadi di flasdisk yang disimpannya rapi di kotak terkunci, akhirnya aku bisa mengambil flasdisk itu dengan mata kepalaku sendiri aku melihatnya bahwa Hadi menarik leher fajri dengan tali sampai Fajri mati, lalu dibuatnya seolah-olah Fajri gantung diri!.
Malam itu saat kutanya kenapa dia melakukan ini semua, dengan tersenyum dia menjawab 'bahwa dia mencintai Luis, dan apapun caranya akan dilakukannya untuk mendapatkan cinta Luis' dan bagiku tak ada pilihan karena nyawa harus dibayar nyawa. Karena aku juga mencintai adikku Fajri, maka dia harus membayar perbuatannya pada Fajri. Kebetulan malam itu Luis habis membuat kue diapartemen Hadi jadi kugunakan pisau itu untuk menusuk tubuh hadi, sudah kusiapkan sarung tangan, jadi bukan aku yang akan dituduh membunuhnya. Saat Luis dalam perjalanan pulang aku menelponnya untuk menungguku, setelah kubereskan sibajingan Hadi aku menanamkan ingatan ke Luis bahwa dialah pembunuh Hadi. Dengan praktik yang pernah kupelajari diluarnegeri memanfaatkan psikologi seseorang untuk membuat dia berpikir seperti yang kita inginkan, tak kusangka ternyata praktik itu benar-benar berhasil. Sampai kemarin saat aku menjenguk Luis di kantor polisi, kutanamkan lagi diotaknya dengan kuat ingatan itu seperti yang kuinginkan" nada dr.Juwan menggebu-gebu menceritakan itu semua dengan marah.
"Kau salah... Coba buka folder rahasia dengan pasword 'melindunginya'. Ada rekaman percakapan yang jelas kenapa Hadi membunuh Fajri" ujar kak Berto pada dr.Juwan membuat kami semua bingung apa maksud kak Berto.
"Oh maaf akan ku jelaskan, aku ini bisa melihat hantu, dan dari tadi sejak kami datang kesini hantu Hadi sudah mengikutimu.." kak Berto mencoba menjelaskan agar Troy dan dr.Juwan tak bingung, "dan dia menyampaikan pesan itu padaku" tambah kak Berto lagi
"Hahaha tak mungkin ada hantu didunia ini!" tawa dr.Juwan dengan nada mengejek
"Kalau kau tak percaya coba buka lah flasdisk yang kau curi itu, ada rekaman yang lengkap disana.." kak Berto mencoba menjelaskan
Kami sama-sama melihat dan mendengar percakapan Hadi dengan Fajri, bahwa Fajri menjelaskan dengan nada meremehkan sebenarnya dia menikah dengan Luis karena uangnya saja. Dia tak benar-benar mencintai Luis, Fajri yang ikut hidup bersama ibunya terlilit hutang sejak perceraian ayah dan ibu mereka, ketika ibunya meninggal dunia ternyata ibunya meninggalkan banyak sekali hutang. Dengan alasan uang membuat Fajri mendekati Luis, dan berencana menguasai harta keluarga Luis karena saat itu Luis akan menjadi pemilik perusahaan ayahnya yang sakit-sakitan. Karena alasan itulah Hadi tak bisa mengontrol emosinya, Hadi yang mengaku mencintai Luis dari dulu tak terima kalau Luis hanya jadi ATM bank untuk melunasi hutang saja. Hingga akhirnya adegan pembunuhan itupun terjadi.
"Setelah kejadian itu ayahku meninggal serangan jantung mendadak, dan kak Luis kakak kandungku satu-satunya jadi depresi karena dua kabar yang sekaligus ini! Dia sudah sangat tersiksa! Kenapa harus kau siksa lagi!" ujar Troy sambil mencoba memukul dr.Juwan yang masih terkejut dengan rekaman barusan dilihatnya.
"Terimakasih sudah mengakui perbuatanmu.. Ini sudah sangat cukup untuk menjadi bukti" ujar kak Bagas yang merekam semua percakapan kami tadi dengan hp-nya.
"Dasar kau brengsek..!" umpat dr.Juwan mencoba mengambil hp kak Bagas, tapi langsung di tarik tangan dr.Juwan dan dikunci hingga tak bisa bergerak oleh kak Berto. Dengan cepat kak Bagas menelpon paman. Tak lama kemudian paman datang dan memborgol tangan dr.Juwan untuk di bawa ke kantor polisi. Dengan bukti yang lengkap kak Luis dikeluarkan dari penjara. kulihat Troy masih dengan wajah marah, kesal, dan sedih membawa kak Luis keluar dari penjara. Kak Bagas yang kuliah di Psikologi berbicara pada kak Luis untuk menghilangkan ingatan yang ditanam di otaknya bahwa dia bukanlah pembunuhnya.
"Kak perasaan tadi kita tidak lihat CCTV?" tanyaku penasaran dengan pengakuan kak Arshad tadi.
Kak Arshadpun menjelaskan pada kami,
Flashback:
"Apa yang dokter katakan saat menjenguk kak Luis kemarin sore?" tanyaku pada dr.Juwan
"Sial! Apa mereka mendengar semuanya?". Tanya dr.Juwan dalam hati
"Tak ada. aku hanya menasehatinya dan memberikan semangat saja, kalian mau minum apa? Aku akan ambilkan minuman dulu" ujar dr.Juwan sambil berdiri hendak kedapur
"Bagaimana ini? Apa mereka sudah tahu bahwa aku hanya menanamkan ingatan di pikiran Luis sehingga seolah-olah dialah pembunuhnya, padahal pembunuh yang sebenarnya adalah aku!?". ujar dr.Juwan di dalam hati
Flashback end
Saat itulah kakak langsung menjebaknya bilang kalau kita sudah melihat semuanya dari CCTV, agar dia tak bisa mengelak lagi." ujar kak Arshad menjelaskan pada kami
"Terimakasih banyak atas bantuan kalian, aku akan membawa kakakku pulang kerumah dengan taksi. Tolong doanya agar kakakku segera sembuh" Troy pamit dengan wajah sedih dan nada yang lirih. Dengan iba aku hanya bisa mengangguk mengizinkannya untuk pulang, Kulihat kak Luis tatapannya masih kosong dan berjalan linglung tak tahu arah.
'Kenapa cinta selalu dijadikan alasan untuk orang melakukan kejahatan, melakukan hal yang hina, membuat peraturan sendiri seolah dirinya Tuhan. Seolah-olah boleh melakukan apapun jika itu alasannya 'cinta'. Bukankah cinta itu fitrah? Bukankah ia juga suci?. Tapi kenapa manusia banyak menodainya dengan nafsu dan ambisi semata?. Harusnya dia tetap fitrah dan suci, hingga di capai dengan proses yang benar, agar definisi cinta dan kasih sayang bukan untuk pemuasan nafsu, dan pelampiasan semata' -Aurora-
***

No comments: