Thursday 30 June 2016

Ghost Story (Chapter 5)




Chapter 5 : Kepercayaan

Terlihat Alby yang mengejar hantu diana dan berteriak "Berheeennttiii..." Tapi hantu Diana terus terbang menjauh. Dengan kemarahan Alby mengejar kembali hantu Diana. Setelah beberapa lama akhirnya hantu Diana sudah ditaklukan oleh Alby ditangannya.
" Kenapa kau ingin melukai Flo.?" Tanyanya dengan kemarahan
Hantu Diana hanya tertunduk lemas dan tak menjawab pertanyaan Alby.
Alby yang melihat kelakuan hantu itu merasa kesal. "Heii jawab.. apa kau ingin aku musnahkan". Karena tetap tak mendengar jawaban dari hantu Diana akhirnya Alby ingin memukul hantu tersebut. Saat tangannya sudah hampir menyentuh hantu diana tiba-tiba seseorang memanggilnya.
"biii jangan.." Kiya mendekat ketempat Alby dan hantu Diana
"Kenapa kau kesini, siapa yang menjaga Flo." Tatapnya bingung melihat kedatangan Kiya.
"ada Prince disana. Lagipula aku menyusulmu agar kau tak berbuat seenaknya." Jawabnya sambil berkacak pinggang. "Lepaskan hantu itu.."
"Tidak bisa, hantu ini sudah menyakiti Flo. Aku tidak akan memaafkannya." Ucapnya marah sambil menatap tajam ke arah hantu Diana.
"bii.. Ini permintaan Flo. Dia ingin tahu kenapa hantu ini ingin menyakiti dirinya" ucap Kiya khawatir memegang tangan Alby agar tak menyakiti hantu Diana.
Akhirnya Alby menuruti kemauan Flo dan menyeret hantu itu kehadapan Flo. Meski dia tidak menyukai hantu ini yang sudah menyakiti temannya.
***
"Mereka datang" ucapku sambil melihat kearah Alby, Kiya & hantu Diana.
"Siapa.."tanya dokter Satria
"Mereka yang aku bicarakan tadi dok, teman hantuku" ucapku sambil memandang dokter Satria yang kebingungan.
"Dimana mereka" ucapnya sambil menoleh kesegala arah tapi tak menemukan apapun. "apa aku sudah gila mempercayai sesuatu yang tak tampak dimataku" tanyanya dalam hati kebingungan
Aku yang melihat raut wajah dokter Satria kebingungan menjadi sedikit tertawa kecil. "Ini pasti sulit diterima akal sehatnya sebagai seorang dokter" ucapku dalam hati.
"Eheem.. Bisa kau jelaskan kenapa aku harus bersusah payah membawa hantu yang jelas-jelas sudah menyakitimu" tanya Alby penasaran membantu membuyarkan lamunan ku.
"Sabar dikit napa.." Ucapku santai sambil mengelus kepala Prince yang makin manja dipangkuanku.
"Flo.." Alby yang melotot emosi kepadaku. Membuatku sedkit merinding dibuatnya.
"isshhh.. Menakutkan" gumamku padanya
Alby hanya menghela nafas melihat mukaku yang sedikit ketakutan. "yudah teserah kau saja hantu itu mau kau apakan. Yang jelas dia tidak akan berani menyakitimu lagi."
Sambil berlalu duduk di sofa di dekat air yang mengalir di dinding kaca. Kelihatan diwajahnya ada keguratan kekecewaan melihat sikapku. Tapi aku harus tahu, mengapa dia melakukannya.
"bii.. Kamu ngambek atau marah sih" goda Kiya yang berada disamping Alby.
"berisiikk Kiya.." Jawabnya enggan
Akupun mendekati mereka berdua "Maafkan aku Alby, Kiya.. Aku hanya ingin tahu kenapa dia melakukannya padaku. Meski sebenarnya aku takut tapi aku harus melakukannya."
Alby dan Kiya memandangku. "Lakukan apa yang ingin kau lakukan cantik, aku mengerti.. " ucap Alby sambil mengacak rambutku
"ihh.. Ayug ini.. Kita kan teman jangan takut ya, kami akan selalu menjagamu" sambil memeluk diriku.
"Terimakasih semua.." Ucapku tersenyum dan kembali menghadap dokter Satria yang kebingungan melihatku. Dia pasti benar-benar menganggap aku tidak waras saat ini. Akupun melihat hantu Diana yang sudah diikat oleh Alby sedang menatap dokter Satria dengan tatapan sendu. Meski wajahnya menakutkan tapi matanya tetap menampakan kesedihan.
"Apa kau Diana.?" Tanyaku memastikan kebenaran siapa dirinya.
Hantu itu lalu memandangku lalu menganggukkan kepalanya pelan.
"Apa kau tidak bisa bicara.." Tanyaku pelan padanya takut hantu itu menjadi marah dengan pertanyaanku.
Dia hanya diam.
Akupun menghela nafas "bagaimana caranya aku bisa mencari tahu kebenarannya jika dia tidak bisa bicara." Aku menengok ke arah Alby dia hanya megangkat bahunya.
"Aku bisa bicara."
Ahh suara itu. Suara itu berasal dari Hantu Diana. "Benarkah kau bisa bicara"
"iya"
"Di-Diana" ucap dokter Satria tak percaya. Kali ini dia mendengar suara Diana. Dia yakin sekali ini suara Diana yang ia kenal satu tahun lalu. "Diana apa benar itu kau"
"iya mas Satria.. Aku Diana" tatap Diana sendu ke arah dokter Satria.
"dokter Satria bisa mendengar suara Diana juga.."Tanyaku bingung
"iya Flo.." Jawabnya sendu " tapi aku tidak melihat dia"
Aku kembali menatap hantu Diana "dia ada disana dok.."
Dokter Satria menatap kearaah yang ditunjuk Flo tapi dia tidak dapat melihat apapun disana. "Diana apa benar kau yang menyakiti Flo tadi?"
"Maafkan aku nona Flo, aku tidak bermaksud menyakitimu"
"Tidak apa-apa. Lalu kenapa kau melakukan itu" tanyaku penasaran
"itu karena.. Karena aku marah saat mendengar penjelasan mas Satria kepadamu tadi. Ternyata aku.. Aku hanya sebatas pasien yang gila di depanmu mas" tatapnya ke dokter Satria
"itu tidak benar Diana! Aku tidak pernah menganggapmu gila." Ucap dokter Satria setengah berteriak. "mungkin saat itu aku tidak mempercayaimu sepenuhnya. Tapi aku tidak pernah menganggap dirimu gila. Hanya saja saat itu aku datang terlambat"
"Maaf apa ada yang mau menceritakan masalahnya padaku. Aku sedikit penasaran apa yang kalian bicarakan" tanyaku penasaran kepada mereka berdua
"aku akan menceritakan semuanya. Setahun yang lalu aku pernah menjadi salah satu pasien dokter satria. Saat itu Aku baru mengalami kecelakaan bersama kedua orangtua dan adikku. Naas karena kecelakaan itu aku harus kehilangan mereka semua yang aku cintai. Karena semua terjadi didepan mataku akhirnya membuatku menjadi trauma dan sering kehilangan kesadaran.
Saat itulah paman satu-satunya keluargaku memutuskan memindahkan aku ke rumah sakit jiwa. Semua orang menganggap aku gila hanya karena aku sering histeris saat melihat sesuatu yang mengerikan. "
"Maaf maksudnya mengerikan?" Tanyaku penasaran memotong cerita hantu Diana
"Iya Flo.. Saat itu aku seperti dirimu, aku bisa melihat hantu seperti aku sekarang."
"oohhh.. Okey lanjutkan ceritanya" ucapku padanya.
"saat di rumahsakit itulah aku bertemu dengan dokter satria yang saat itu masih menjadi dokter residen. Saat aku ketakutan melihat hantu, dokter satria mendekatiku dan berkata
Dokter satria : "jangan takut aku akan membantumu."
Kata-kata dokter saat itu sangat menenangkanku. Sehingga aku mengatakan kepadanya " aku tidaklah gila, aku hanya bisa melihat hantu."
Dokter Satria sedikit terkejut mendengarnya dan aku bisa melihat jelas diwajahnya kalau dia pasti berpikir itu tidak masuk akal.
Dokter Satria : "aku percaya sama kamu, siapa namamu.?"
Diana : "Diana.. Namaku Diana"
Setelah itu akhirnya kami berteman. Satu-satunya orang yang mempercayaiku adalah dokter Satria. Karena merasa ada orang yang mempercayaiku akhirnya aku menjadi lebih tenang. Aku diperbolehkan pulang kerumah.
Hingga suatu hari saat aku menyiapkan hadiah untuk Satria. aku melihat arwah adikku, aku mengikuti kemana tempat yang ia tunjuk. Sesampainya disana ternyata itu seperti rumah kosong. Aku mendekati rumah itu dan disana aku mendengar seseorang sedang mengobrol dari dalam. Aku mengintip dari celah yang ada dan aku bisa melihat ternyata itu adalah paman dengan seseorang yang tidak kukenal. Karena pembicaraan mereka tidak jelas dan sedikit penasaran apa yang mereka bicarakan aku mencoba makin mendekat. Mereka merencanakan pembunuhan untuk diriku. Aku yang syok hanya berdiam diri ketakutan disana.
Tapi kemudian arwah adikku tiba-tiba muncul dihadapanku lagi. Dia menyuruhku segera pergi. Aku yang ketakutan segera pergi dari sana. Aku menemui dokter Satria,tapi dia sudah pergi. Selama tiga hari aku semakin menjadi seperti orang gila, berteriak-teriak memanggil dokter satria. Tapi dokter satria tidak pernah muncul lagi. Hingga akhirnya aku dikurung diruang isolasi RSJ karena dianggap membahayakan orang lain.
Mimpi burukku terjadi, saat aku tidur tiba-tiba ada banyak suara berisik dari luar. Aku yang penasaran mencoba melihat apa yang terjadi diluar. Tapi aku tak bisa melihat apapun. Tiba-tiba paman sudah berdiri di depan pintu kamar dengan senyum liciknya. Aku ditarik paksa keluar dari sana oleh orang suruhan paman. Saat diluar kamar aku bisa melihat terjadi kebakaran di salahsatu sudut rumahsakit sehingga orang-orang sibuk memadamkan api dan lainnya dan mereka tidak sadar jika aku sudah berhasil di bawa oleh paman. Aku yang terus memberontak akhirnya dibekap dengan obat bius.
Setelah aku sadar ternyata aku sudah duduk di bangku mobil dengan tangan yang terikat di setir mobil. Aku kembali memberontak tapi tidak bisa, ini terlalu kuat. Paman yang melihat aku sudah bangun kembali tertawa penuh kemenangan.
Paman Diana : " Akhirnya kau kali ini akan mati menyusul keluargamu yang lain yang sudah lebih dulu aku bunuh"
Diana : "Apa paman.. Kenapa paman melakukan ini, apa salahku" tatapku penuh kebencian
Paman Diana :"Salahmu karena kau tidak langsung mati saja dulu bersama keluargamu jadi aku tidak perlu repot lagi sekarang. Tapi tenang saja kali ini kau pasti akan segera menyusul mereka." Setelah itu ia menyuruh orang untuk mendorong mobilku yang sudah berada dipinggir jurang agar segera terjatuh.
Aku yang tau saat itu aku pasti akan mati mengutuk paman.
Diana : "aku bersumpah paman, aku akan kembali membunuhmu.." Ujarku dengan kemarahan yang membara.
Aku dan mobil yang kukendarai segera masuk ke jurang. Setelah itu aku menjadi seperti ini. Menjadi seorang hantu yang selalu bergentayangan. Saat polisi menemukan ku aku sudah meninggal seperti orang yang depresi dan bunuh diri. Bahkan paman sudah menulis pesan surat bahwa aku mati bunuh diri.
***
Aku menatap hantu Diana didepanku dengan merinding. Kisahnya sungguh membuat pilu hati. Hidupnya sama seperti diriku, tapi aku beruntung walau tak ada yang percaya padaku tapi setidaknya aku mempunyai Alby dan Kiya disisiku juga Prince.
Aku melihat teman hantu ku yang masih duduk mendengarkan cerita hantu Diana. Kiya yang menyadari aku yang daritadi gemetar mendengar kisah Diana menghampiriku. "kenapa yug.. Ada yang sakit" tanyanya pelan sambil memegang tanganku.
"tidak Kiya, aku hanya berfikir jika aku tak bertemu kalian mungkin aku sudah seperti Diana dianggap orang gila dan diperlakukan seperti orang gila. Aku beruntung ada kalian disampingku selalu" jelasku sambil sedikit terisak.
"Tapi jika ada orang lain yang melihatku seperti ini, berbicara sendiri sudah pasti aku benar-benar akan dianggap gila. Karena manusia tidak ada yang bisa melihat kalian" tatapku sendu kearah mereka.
Alby yang mendengar ucapanku juga mendekatiku. "Heeii,, anak manja.. Kami temanmu dan aku jamin tak akan ada yang berani menyakitimu" ucapnya kembali mengacak rambutku.
Akupun tersenyum mendengar ucapannya. Sebentar aku melihat wajah dokter Satria sudah sangat lusuh. Dia terlalu syok mendengar cerita itu semua. Lalu aku kembali menatap kearah hantu Diana. "sekarang apa yang akan kau lakukan. Balas dendam?" Tanyaku penasaran kepadanya.
Tapi reaksinya tidak seperti yang aku bayangkan. Dia menggelengkan kepalanya perlahan.
"jika tidak ingin balas dendam kenapa kau masih berkeliaran disekitar dokter Satria" tanyaku heran.
"Aku sudah melakukannya.." Jawab Diana dengan lantang
"Melakukan apa?"
"Membunuh orang-orang yang menyakitiku.." Jawabnya dengan senyuman yg menakutkan di wajahnya. Aku yang melihat itu sampai merinding dibuatnya.
"maksudnya kau sudah membunuh pamanmu.? Lalu sekarang apa yang ingin kau lakukan.. Apa kau ingin membunuh dokter Satria juga" tanyaku was-was. Dokter Satria yang mendengar ucapanku pun langsung menegakkan kepalanya.
"Apa benar itu Diana.." Tanya dokter Satria gemetar. Aku tau saat itu dokter Satria pasti sedikit ketakutan.
"Tidakk.. Aku tidak akan menyakiti orang yang aku sayangi" jawab hantu Diana lantang
Mendengar itu aku dan lainnya menjadi sedikit lega. "Sayangi.? Apa mungkin diana menyukai dokter satria" pikirku dalam hati. Jadi mungkinkah alasan dia masih disini karena itu. "Kau masih berkeliaran disekitar dokter Satria karena ada yang ingin kau sampaikan?"
Hantu Diana menatap dokter Satria lekat. "Iya.." Jawabnya sendu
"Katakanlah sekarang Diana.. Kami semua akan mendengarkanmu"
Alby yang melihat Hantu Diana sudah tenang dan tak akan menyakiti siapapun lagi akhirnya melepaskan ikatan ditubuh Diana. "Bicaralah.."
"Mas Satria.. Kau harus percaya padaku, aku tidaklah bunuh diri seperti yang dituduhkan semua orang. Kau jangan lagi menghukum dirimu sendiri, kau tidaklah bersalah.. Karena ini semua memang takdir yang harus kita jalani. Aku percaya saat itu kau pasti tidak bermaksud meninggalkan diriku sendiri" ucap diana lembut menghadap dokter Satria.
Dokter satria yang mendengar itu semua menitikan airmata yang sudah ia tahan dari tadi agar tidak tumpah. Pertahanannya luntur. "Maafkan aku diana, saat itu aku memang cuti seminggu. Karena aku harus bertemu dengan sahabatku, aku harus menyakini diriku sendiri kalau aku percaya padamu. Aku meminta tolong sahabatku agar membantuku mengajari cara mengatasi hantu yang selalu datang mengganggumu. Karena sahabatku juga seperti kalian bisa melihat hantu. Tapi semuanya terlambat, saat aku pulang aku mendapat kabar dari polisi yang datang ke rumah dan mengatakan kematianmu dan memberikan surat itu dan jam ini padaku."
"aku tau mas.. Saat itu aku ada disana. Tapi kau tak dapat melihatku" jawab diana lembut seolah mengelus rambut dokter satria yang berlutut di hadapannya. Tetapi kenyataannya tangan diana hanya menembus kepala Satria. "aku memang menulis sebuah surat tapi isinya bukanlah yang kau baca waktu itu. Aku menulis "Aku mencintaimu mas Satria, terimakasih sudah percaya padaku dan menjadi temanku"
"aku selalu percaya padamu Diana dan aku juga mencintaimu" ucap dokter Satria tegas dan kembali menitikkan airmatanya.
Aku yang melihat hantu Diana dan Dokter Satria merasa kasihan pada mereka. Tapi aku melihat kebahagiaan diwajah Diana. Sepertinya apa yang menjanggal dirinya di dunia ini sudah selesai. Perlahan arwah Diana meredup dan menghilang.
"Apa sudah selesai.?" Tanyaku pada kiya dan Alby
"Sepertinya begitu" jawab Alby santai. Aku melihat kiya sepertinya dia juga sepertiku menangis saat semuanya telah berakhir bahagia. Akupun mendekati dokter Satria.
"Ikhlaskan dokter.. Diana sudah tenang sekarang"
"Apa dia sudah pergi.."
"Iya" jawabku pelan
"Bisakah kau membiarkan aku sendiri sekarang Flo.."
Aku yang mendengar dokter Satria menatapnya khawatir. "Apa tidak masalah meninggalkan dokter Satria sekarang" tanyaku dalam hati sambil menoleh ke Alby.
Alby hanya tersenyum mendengar pertanyaanku. "Biarkan saat ini dia sendiri dulu. Aku rasa semuanya sudah baik-baik saja"
"Baiklah kalau begitu dok.. Flo pamit pulang sekarang. Kalau butuh sesuatu telpon Flo aja ya dok." Ujarku khawatir meninggalkan dokter satria sendiri.
Akupun menjalankan kursi ajaibku keluar ruangan dokter satria.
***
Saat aku berada diluar ruangan kulihat beberapa orang masih berada di sana. Pak Holly sudah datang menjemputku. Begitu juga Kenan dan Rain yang masih setia menunggu kami keluar seolah meminta penjelasan apa yang terjadi selama kami didalam.
"Paman sudah datang.." Kataku sambil tersenyum kepada beliau
"Nona Flo sudah selesai.. Kita pulang sekarang" tanyanya lembut kearahku
Aku hanya menganggukkan kepalaku tanda menyetujui ucapan beliau. Pak Holly mendorong kursi ajaibku melewati Kenan dan Rain begitu saja dan menghampiri recepcionis dan mengatakan pesan dokter Satria agar segera menutup klinik lebih awal hari ini karena dokter Satria ingin beristirahat dan meminta dia juga pulang lebih awal.
Saat aku dan pak Holly hampir keluar dari sana, sayup- sayup aku masih mendengar seorang wanita yg menangis tersedu-sedu. Akupun menghela nafas panjang dan menghentikan lajunya kursi.
"Paman duluan saja ke mobil ya, nanti Flo menyusul. Ada yang harus Flo selesaikan disini dulu"
"Baik nona Flo.."
Setelah pak Holly keluar dan pergi aku membalikan kursi ku dan menuju ke tempat Rain dan Kenan.
"Kenapa kau selalu saja menangis" tanyaku ke Rain dengan wajah serius
Rain yang mendengar suaraku berhenti menangis dan melihat kearahku. "Apa kau tahu kalau aku sedang sakit.?" Lanjutku kemudian.
Dia hanya menganggukkan kepala pelan.
"Kalau kau tahu kenapa kau terus menangis. Itu hanya membuatku tambah sakit" ucapku santai
"Apa kau tidak suka aku datang? Apa itu mengganggumu? kalau memang begitu aku tidak akan menemuimu lagi" Tanyanya serius menatapku.
"Apa kau bisa melakukannya?" Tanyaku santai
Dia hanya menggelengkan kepalanya. Aku hanya menghela nafas panjang. "Kau tahu Rain, mungkin jika kau memang tidak memperdulikan ku lagi itu lebih baik. Karena aku bukan orang yang kau kenal lagi. Aku bahkan tak bisa mengingatmu. Tapi jika itu benar-benar kau lakukan, itu bukan hanya mengingkari perasaanmu tapi juga membuatku kehilangan kesempatan sekali lagi mendapat sahabat yang baik sepertimu.
Saat ini mungkin aku tak dapat mengingatmu atau mungkin selamanya aku tak dapat mengingatmu tapi hari ini boleh kah aku bertanya sesuatu darimu Rain?" Tatapku tepat ke mata Rain
"Bertanya apa Flo.." Tanya Rain ragu
"Sebelumnya aku akan jujur padamu, aku yang tak bisa mengingat apa pun di masa lalu ku, yang tidak mempunyai siapapun lagi disampingku, yang dianggap gila oleh beberapa orang, dan mempunyai rahasia yang tidak banyak orang tahu.. Aku yang seperti ini apa bisa kau terima menjadi sahabatmu lagi?" Tanyaku tegas menunggu jawaban
Rain yang mendengar itu langsung memelukku dengan erat. "Apa pun kamu, seperti apa dirimu, bagaimana nanti kita kedepannya aku tak peduli. Yang aku mau satu Flo, kemarin kita bersahabat, hari ini kita bersahabat hingga kapanpun kau tetap sahabat terbaikku.." Jawabnya mantap menatapku tajam.
"Oke kalau begitu.. Kita mulai semua nya dari awal. Perkenalkan namaku Ishika Flowers Humairah tapi kau cukup memanggilku Flo" sambil menjulurkan tangan
Rain pun menyambut tanganku dengan riang "Hai.. Namaku Rainny Khalisa. Kau bisa memanggilku Rain" ucapnya bersemangat.
"Eheemm.. Eheemmm.. Apa aku boleh bergabung" tanya Kenan tersenyum dikedua sahabatnya
"Apa aku mengenalmu.." Tanya Flo datar
"Fllooo.. Apa gue harus nangis guling-guling atau kejer-kejer biar elo bisa ingat gue.. Haahh" tanya nya menatap Flo tajam
Aku pun menatap Rain seraya berkata "Kayaknya itu ide bagus ya Rain." Sambil mengedipkan satu mataku ke Rain.
Rain yang mengerti maksudku berkata "Aahh.. Bener baget Flo.. Eehh luu kenan hayo dah nangis guling-guling gue juga mau lihat" sambil terkekeh senang.
"Heeeiii.. Aku meragukan elo ilang ingatan deh Flo. Dari cara menyiksamu masih sama" tatapnya tajam kepadaku
Aku yang menahan tawa hanya membalikan kursiku dan berkata "Terserah kamu sajalah" dan pergi berlalu dari sana diiringi Rain yang dengan wajah manis mendorong kursiku.
"Floo.. Rain.. Tunggu gue.." Teriak Kenan dibelakang kami.
***
Aku melambaikan tangan ke Rain dan Kenan.
"Besok kita mampir ke rumah kakak loe ya Flo" teriak Rain dari luar mobil
Aku hanya menganggukkan kepalaku. Dan tersenyum ke mereka berdua.
"Nona Flo sudah mengingat mereka berdua" tanya pak Holly ragu saat mobil sudah berjalan.
"Belum paman.." Aku menggelengkan kepala dengan lesu
"Beguyur be nona" pak Holly memberi semangat padaku lewat kaca di depan mobil. Dan aku hanya menganggukkan kepalaku dan tersenyum mendengarnya. (beguyur be bahasa palembang kental yang Artinya pelan-pelan saja nona)
***
(Flashback)
"Tunggu ayug.." Saat aku mau keluar dari ruangan dokter Satria
"kenapa Kiya.."
"Kami tetap disini ya, jaga-jaga kalau ada yang berniat jahat sama dokter Satria. Apalagi dia masih ling lung gthu" ucap Kiya sambil melihat Dokter Satria yang mash duduk lemas karena kejadian tadi.
"Baiklah.. Kalau ada apa-apa kabari Flo ya" ucapku sambil berlalu. Prince seperti biasa masih tiduran di pangkuanku. Kucing hantu ini makin manja saja denganku.
"ehhh.. Satu lagii yug" ucap Kiya sambil tersenyum-senyum melihatku
"Apalagi sih Kiya.."
Dia hanya terkekeh pelan "itu.. Dua orang yang diluar, mereka orang yang baik. Kau harus mencoba berteman dengan mereka"
"Bagaimana kau begitu yakin akan hal itu Kiya"
"Aku mendengar wanita itu bicara dengan pria yang di sampingnya. Dia bilang Flo adalah sahabat terbaikku, aku tidak bisa mengabaikannya, cukup setahun ini aku tersiksa karena tidak bisa bersamanya. Apa persahabatan yang sudah kita lalui bertiga seumur hidup kita berakhir seperti ini saja kenan"
Aku hanya diam mendengar penjelasan Kiya.
"Yug.. Kurasa mereka tulus. Kau harus membuka hatimu untuk mereka juga" lanjut Kiya tersenyum padaku
"kita lihat saja nanti.." Ucapku seraya keluar dari ruang Dokter Satria.
(Flashback end)
***
Palembang, 05 Mei 2015
Dear Diary,
Aku makin yakin kalau janji Allah itu nyata.! Aku yang awalnya bertanya kenapa dipertemukan dengan 3 hantu yang nggak jelas akhirnya bersyukur telah dipertemukan dengan mereka.
Aku yang mengeluh dengan kondisiku yang buruk akhirnya mengerti ada yang lebih buruk daripada diriku kenapa aku tak pandai bersyukur.
Akhirnya aku memilih percaya akan setiap keputusan yang kau berikan untuk ku ya Allah. Aku mempercayai hatiku menemukan jalan yang lebih baik lagi. Terbuka dengan apa yang terjadi disekitarku, menerima apa pun yang kau takdirkan untukku, membuka hati untuk orang lain dan berusaha memberikan kesempatan untuk menjadi lebih baik.
Ahh... Terimakasih ya Allah. Telah selalu berada disisiku dengan mengirim setiap kasih sayangMu padaku. Aku akan menikmati semuanya dengan lebih baik lagi
Sincerly,
I.F.H "Flo"
***
Next chapter..
Please Vote and Comment ya :* untuk silent readers.. Gumawo sudah mampir dan membaca cerita kami.
Semoga next chap bisa lebih baik lagi.. Lagi mikir konflik selanjutnya.. Hahaaa.. Ada ide ^_^

No comments: