Thursday, 30 June 2016

Ghost Story (Chapter 4)




Chapter 4 : Kenangan Masa Lalu

Hari ini jadwal ku menemui Dokter Satria. konsultasinya masih 2 jam lagi. Tapi aku sudah bersiap menunggu pak Holly datang menjemput. Saat ini pak Holly masih harus menyelesaikan pekerjaan nya dengan mba Naya. Sambil menunggu dijemput aku meluangkan waktu membaca novel yang baru dibawa mb Naya kemarin.
"Ayuugg.."
Tiba-tiba seseorang mengagetkan ku dari belakang. Suaranya khas dan aku langsung sadar itu suara milik siapa.
"Apa Kiya.."
"hari ini jadwalnya ke dokter kan? Kenapa belum berangkat.."
"Hari ini pak Holly lagi banyak kerjaan jadi jadwalnya di undur.." Jawabku santai sambil tetap asyik membaca buku.
"Ayug lagi baca apaan sih.. Serius sekali." Tanyanya heran sambil terbang mendekatiku
Aku tak menjawab pertanyanya dan melanjutkan kembali membaca. Lalu tiba-tiba tedengar suara handphone yg berdering.
"Kuhitung detik waktu
Memikirkan kamu tiada habisnya
Kau di detak jantungku
Di setiap nafasku tiada gantinya
Engkau segalanya yang bermakna..."
Aku mencari darimana asal suara tadi. "dimana kuletakan handphone tadi eii.."
"Ini.." Tiba-tiba seseorang datang di depanku memberikan handphone yg diletakan diatas buku yang ada dipangkuanku. "makasih Alby.. Aku baru tau kalau hantu juga bisa memegang benda.." Tanyaku heran
"Kau terlalu banyak menonton film. " jawabnya sambil berlalu menuju sofa kesayangannya di depan televisi kamarku.
"ciihh.. Aku kan tidak tahu.. Toh aku belum pernah jadi hantu" kataku ketus
"Yang bisa melakukannya cuma Alby saja koq yug.. Tuuhh.. Kiya juga gak bisa melakukannya" Kiya mempraktekkan nya dengan berusaha menyentuh handphone yang kupegang
"Kog bisa.?" Tanyaku ke Kiya
"Gak tahuu.." Jawab Kiya sambil menggelengkan kepalanya "yang aku tau jika hantu ingin memegang sesuatu dari dunia manusia kami harus berlatih keras.." Lanjutnya kemudian.
"ternyata dia hebat juga.. Tapi menyebalkan" pikirku dalam hati
"Aku bisa mendengarnya Flo.."
"Tuhkan menyebalkan" ucapku sambil memincingkan mataku ke dirinya dan Dia hanya terkekeh melihat pandanganku yang tajam kearahnya.
"Siapa yg telepon yug.." Tanya Kiya berusaha melihat tulisan dilayar hp ku yang gelap.
"Kiya.. Aku lupa. Aku cek bentar" kubuka layar hp ku dan tidak ada nama disana hanya menyisakan nomor saja. "nomor gak dikenal, mungkin salah sambung"
"bii.. Nanti ikut ke tempat dokter Satria ya" bujuk kiya
"Kamu sama prince saja yang kesana. Aku mau menyelesaikan buku ini" jawab Alby santai sambil berbaring di kursi malas
"ayo dong bii.. Ikut aja.. Soalnya terakhir disana ada hantu yg mengerikan banget... Iiihhh.." Gidik Kiya ketakutan
"kamu lupa Kiya, kau juga hantu sekarang.." Tatap Alby ke Kiya
"iyaa.. Tahu sih.. Tapi hantu disana nyeremin banget bii"
Aku yang mendengar pembicaraan mereka, perlahan mendekati mereka dan bertanya "hantu yang mana?"
"Ayug gak lihat?" Tanya Kiya penasaran
"Aku hanya melihat satu hantu disana, seorang perempuan yg menunduk dan punya tanda lahir ditangan kirinya. Kalau gak salah Waktu itu aku melihatnya berada di dalam ruang dokter Satria"sambil mengingat sesuatu
"Ahh.. Bukan yang itu yang aku lihat."jawab Kiya "yang kulihat seseorang dengan luka bakar di seluruh tubuhnya, baunya sangat menyengat, ditambah lagi tatapannya sangat tajam dengan warna merah menyala" jawab Kiya sambil bergidik ngeri
"Saat melihatnya aku bener-benar ketakutan dan langsung pergi" lanjut Kiya kemudian
"Hantu memang macam-macam ya. Tapi kenapa kalian bersih. Gak kayak hantu lainnya. Hanya terlihat pucat & dingin" tanyaku penasaran
Alby yang dari tadi tiduran membaca buku akhirnya menyelesaikan membacanya dan mulai duduk tegap dihadapan ku dan Kiya.
"Hantu itu ada banyak macamnya. Tergantung bagaimana cara meninggal mereka atau bahkan mungkin karena ada suatu masalah yg belum terselesaikan didunia ini, sehingga membuat mereka tetap bergentayangan di dunia ini. Kenapa kami lebih bersih, karena kami meninggalnya dalam damai. Kiya meninggal karena sakit sedangkan aku sendiri meninggal saat sedang tidur." Jelas Alby panjang lebar.
"Terus kenapa kalian masih di dunia ini. Apa ada yang memberatkan kalian?" Tanyaku lagi penasaran
Kiya & Alby saling berpandangan dan sedetik kemudian mereka tertawa terbahak-bahak.
"Ada yang lucu.?" Tanyaku heran
"ehh.. Maaf ayug.. Kita hanya terlalu suka sama dunia ini jadi rasanya belum rela meninggalkannya begitu saja." Jawab Kiya sambil menyeka airmatanya.
"lagipula menjadi hantu itu menyenangkan.." Lanjut Alby kemudian
"Cuma itu alasannya.. Gak menarik aah" sambil berbalik dan meninggalkan mereka. Dan mereka hanya tersenyum memandangku dari belakang.
Tok.. Tok.. Tokk..
Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu kamarku.
"Siapa.?"
"Saya bik lastri non, anu mau bilang pak holly sudah nunggu di ruang tamu."
"Makasih bi.. Bilang saja Flo segera ke bawah.."
"Baik non.."
Aku pun bergegas mengambil tas kecil dan segera keluar kamar menuju lantai bawah. Beberapa hari setelah aku keluar rumah sakit mba naya memerintahkan Pak Holly membuat sebuah lift agar aku bisa leluasa ke beberapa tempat sendiri tanpa membebani orang lain. Jadi meski kamarku berada di lantai 2 aku dengan mudah turun tanpa menggunakan tangga.
Sebelum aku keluar aku sempat melihat Kiya yang masih membujuk Alby agar mau menemani dia mengikuti aku ke tempat Dokter Satria. "jadi, ada yang ikut..?" Tanyaku kemudian
"Duluan saja cantik.. Apa kau lupa kalau kami adalah hantu" jawab Alby sambil tersenyum
"Iya ayug.. Nanti aku seret Alby kesana" jawab Kiya sambil menarik tangan Alby
Sedangkan Prince sudah mengeong di depan lift tanda dia akan menemaniku selama perjalanan nanti. Akupun meninggalkan mereka berdua yang masih asyik berdebat.
***
Tempat praktek Dokter Satria
"Paman, kenapa setiap kita kesini sepi ya.. Apa tidak ada pasien lain selain Flo.?" Tanyaku heran
"Ohh itu.. Karena nona Naya meminta jadwal khusus agar setiap nona Flo konsultasi tidak perlu menunggu terlalu lama.." Jawab pak Holly sambil mendorong kursiku memasuki tempat prakter dokter.
"oiyaa nona.. Paman dengar nona mau terapi untuk kaki nya ya?"
"iya paman.. Flo ingin sembuh kayak dulu lagi. Masih banyak yang ingin Flo lakuin. Doa in Flo ya paman"
"Aamiin.. Paman doakan yang terbaik selalu buat nona Flo. Fighting nona" ucap pak Holly bersemangat sambil menunjukan tangannya. Flo tersenyum melihat kelakuan pria paruh baya disampingnya.
"Flloo.." Panggil seseorang dari arah depanku
Aku hanya memandang wajah wanita muda yang berdiri dihadapanku. Rasanya aku mengenal dia, tapi aku lupa. Wajahnya tak asing bagiku. Matanya yang bulat lekat memandangku, Ada kerinduan terpancar dari wajahnya. Di belakangnya telah berdiri seorang pria yang pernah kutemui.
"Flo apa kabar.." Tanya wanita itu lembut kepadaku.
"Alhamdulillah baik.."jawabku datar "Maaf apa aku mengenalmu.?" Lanjutku kemudian.
Saat mendengar pertanyaanku, seketika itu pula butiran bening mengalir dari matanya. Pria yang dari tadi berdiri dibelakangnya maju kedepan memegang bahunya seraya ingin menguatkan wanita itu. "kenapa dia menangis?" Pikirku dalam hati
Ku lihat Kiya & Alby juga sudah datang dan berdiri diantara kami. Aku tersenyum melihat kedatangan mereka berdua. Kiya memberi tanda bertanya kenapa wanita itu menangis, dan aku hanya mengangkat bahuku mengisyaratkan aku juga tidak tahu.
Saat itu juga perawat disana memanggil namaku dan menyuruku masuk kedalam ruang Dokter Satria. Aku pun berjalan melewati mereka dan menuju ke ruang dokter.
"Hai Flo.. Bagaimana harimu?" Tanya Dokter Satria ketika melihatku sudah diruanganya.
"Biasa saja.." Jawabku santai
"heeii.. Jawaban apa itu" protesnya kemudian
Aku hanya diam tak melanjutkan protes nya. "Dok, siapa wanita di depan.?" Tanyaku mencari jawaban
"Wanita yang mana.?"
"Wanita yang sedang bersama Kenan di depan, siapa dia?"
"Maksudmu Rain.? Memangnya kenapa dengan dia.." Tatapnya menyelidik kepadaku
"Tidak apa-apa sih, hanya saja dia tadi menyapaku, saat ku tanya apa aku mengenalnya, dia malah menangis. Menurut dokter kenapa dia menangis?"
"Memang kenapa Flo.."
"Entahlah dok,, saat melihat dia menangis, rasanya disini ada yang aneh" ujarku sambil menunjuk dadaku.
"Apa kau mengenalnya.." Tanya Dokter Satria menyelidiki ku.
Aku hanya menggeleng pelan tak mampu menjawab pertanyaan Dokter Satria. Melihat aku yang bingung, Dokter Satria mendekatiku dan menepuk pundakku. "perlahan saja ya jangan terlalu di porsil nanti malah makin sakit kepalanya." Katanya mengingatkan ku sambil tersenyum.
Aku hanya menganggukkan kepalaku tanda setuju dengan apa yang diucapkan dokter.
"Flo, apa saya boleh bicara sesuatu.?"
"Tentang apa dok.."tanyaku heran
"Darimana kau bisa tau jam ini ada di laci kamar saya" sambil mengeluarkan sebuah jam sport yang sudah tampak sedikit usang dan aku yakin itu jam sudah tak berfungsi lagi. Terlihat dari kaca jamnya yang sudah retak.
Aku menatap kebingungan diwajah Dokter Satria. "Seperti yang pernah saya bilang kan dok, dari wanita yang berada si dekat dokter"
"iya.. Tapi saat itu aku yakin tidak ada siapapun di belakang saya" jawab Dokter Satria penuh keyakinan.
Aku menghela nafas dan mulai mencari ke segala arah. Berharap sesosok yang ku cari muncul. Ternyata dia masih ada disana di sofa dekat air. "itu dia.. Tepat disebalah sana" kataku kemudian.
Mata Dokter Satria memandang arah dari jari telunjukku. Tapi tak ada apa pun yang terlihat disana. Lalu dia memandang Flo lagi. "Tak ada siapapun disana.."
"Kalau Flo bilang jujur apa dokter percaya.."
"Jujur tentang apa Flo.?"
Flo kembali menarik nafas panjang dan berkata "Kejujuran kalau Flo bisa melihat hantu.. Seperti halnya wanita yang ada disana"
"Han-tu" ujar Dokter Satria terbata-bata seakan tidak percaya
"Iya dok, Hantu.."
Dokter Satria terdiam mendengar apa yang aku bicarakan. Kebenaran yang kukatakan sangat sulit diterima logika seorang dokter seperti dia.
"Apa jam itu dari pacar dokter.." Tanyaku memecah keheningan yang terjadi
Dokter Satria seperti terasa ditarik kembali ke masalalu karena pertanyanku. Lalu dia menarik sebuah kursi dan duduk di dekatku. "bukan.. Ini memang jam yang special bagi saya, tapi ini bukan hadiah dari pacarku."
Kulihat wanita yang dari tadi duduk di sofa dengan wajah yang tertunduk lesu tiba-tiba saja berdiri.
"Terus jam itu dari siapa dok.." Tanyaku penasaran.
"Hanya dari seorang pasienku beberapa tahun yang lalu.." Jawab dokter pelan. Aku yakin dari suaranya yang berat itu, tersimpan kesedihan didalamnya.
"lalu dimana wanita itu dok.." Tanyaku penasaran
"dia sudah meninggal setahun yang lalu" jawab dokter Satria yang matanya mulai berkaca-kaca.
"Ahh.. Apa wanita itu yang dokter satria maksud" tanyaku dalam hati. "kemana dia, kemana wanita itu, kenapa dia menghil-ang" tiba-tiba sepasang tangan sudah dileherku dan mencekramnya dengan kuat sehingga aku sulit bernafas.
Saat kudongakan kepala ku keatas terlihat seorang wanita dengan wajah yang mengerikan. Separuh wajahnya terluka dan mengeluarkan darah. Tatapannya penuh kemarahan padaku. Ia mencekik leherku dengan kuat dari belakang kursiku. "to-lo-ng le-pas-kan tang-an-mu sa-kit" kataku terbata-bata "a-pa ma-u-mu"
Dokter Satria yang memang tidak bisa melihat apa-apa terkejut melihatku yang sulit bernafas "Flo.. Flo.. Kamu kenapa" teriaknya panik "Apanya yang sakit"
Tiba-tiba tangan yang berada dileherku menghilang aku pun terbatuk-batuk karena efek cekikan dileherku tadi. "Cantik.. Kamu tidak apa-apa" kulihat Alby sudah berdiri di sampingku dan memegang tanganku.
"uhuk.. Uhukk.. Iyaa a-ku tidak apa-apa" jawabku terbata karena masih merasakan sakitnya dileherku. Setelah memastikan keadaanku Alby sudah menghilang entah pergi kemana.
Kulihat dokter sedang memanggil suster di telponnya. Dan sedetik kemudian ada banyak orang datang menghampiriku.
"Flo.. Kamu tidak apa-apa" tanya seseorang yang sudah dihadapanku mensejajarkan kepalanya ke mukaku dan memegang erat bahuku. Wajahnya menampakan kekhawatiran luar biasa. Dia wanita yang menangis di depan tadi.
"iya, aku tak apa.." Jawabku pelan
Dia pun menangis sejadi-jadinya sambil memelukku dengan erat. "syukurlah kau tidak apa-apa, aku takut kehilanganmu lagi.." Ucapnya disertai isak tangisnya. Aku bisa merasakan ketulusan dari ucapannya dan entah mengapa dadaku menjadi hangat seolah berkata aku pernah merasakan ini, entah kapan. Akupun membalas pelukan wanita itu dan berucap pelan "aku tidak apa-apa Rain, jangan khawatir" sambil menenangkan dirinya.
Sontak ia melepaskan pelukan kami lalu berkata setengah berteriak "Kau ingat padaku Flo.." Sehingga membuat semua orang yang ada diruangan itu menatap kearahku. Aku yang memandang lekat ke Rain hanya menggeleng pelan.
"lalu kenapa kau tau namaku" tanya Rain penasaran.
Kulihat matanya kembali menatapku seakan mencari jawaban yang ia ingin dengarkan. "dari Dokter Satria.." Jawabku pelan
Dokter Satria yang mendekatiku sambil membawa air minum kearahku berkata pada Rain "iya Rain, kakak yang memberitahukan namamu ke Flo.." Lalu ia menyerahkan segelas air itu padaku "minumlah dulu.. Lalu ceritakan kenapa kau tadi sulit bernafas"
Aku melihat kemurungan kembali diwajah imut Rain. Entah kenapa hatiku mengatakan aku tak suka melihat dia seperti itu.
"Aku akan beritahu dok, Tapi bisakah kita mengobrol berdua saja.."
Dokter Satria seolah mengerti kenapa aku ingin seperti itu, lalu ia menyuruh yang lain segera keluar ruangannya. Aku lihat Rain sempat menolak dan ingin tetap disini tapi karena dibujuk Kenan akhirnya dia menyerah dan kembali keluar dari ruangan Satria. "aku yakin, dia orang yang penting di hidupku sebelum aku kehilangan semua kenanganku" ucapku dalam hati memandang kepergiannya.
"Apa sekarang kau bisa menjelaskannya Flo, kenapa itu terjadi.?" Tanya Dokter Satria menatapku heran dan penuh kekhawatiran
"meeoonggg" aku tersenyum pada Prince dan membiarkan ia tiduran diatas pangkuanku. Kucing hantu ini sepertinya menunjukan rasa kekhawatirannya kepadaku. Perlahan aku mengelus kepalanya dan berkata "aku tidak apa-apa"
"Apa yang kau lakukan Flo.." Tatap dokter Satria penuh keheranan
"Aku tadi sudah bilang kan dok, kalau aku bisa melihat hantu. Di pangkuanku sekarang ada seekor hantu kucing yang tiduran dipangkuanku"
Dokter Satria hanya menatapku heran. "ahh.. Aku yakin dokter Satria menganggap aku gila seperti lainnya" ucapku dalam hati
"Lalu apa yang terjadi tadi saat kau kesulitan bernafas."
Aku pun menghela nafas dan mulai menceritakan semuanya "Saat kita membicarakan tentang wanita yang memberikan jam tadi padamu, wanita yang kubilang sedang duduk disana entah mengapa tiba-tiba marah dan mencekik leherku dari belakang. Wanita itu sangat menyeramkan, sebagian wajahnya hancur seperti habis kebakar, tatapannya mengerikan" jelasku pada Dokter Satria dan sungguh membayangkan kejadian tadi membuat tubuhku bergidik ngeri. Baru kali ini aku bertemu hantu yang hampir membunuhku.
"Diana.." Gumam Dokter Satria pelan tapi bisa jelas kudengar
"Siapa Diana dok.."
"Dari ciri-ciri yang pernah kau berikan padaku tadi itu pasti Diana. Dialah yang memberikan jam ini padaku satu tahun lalu" jelas dokter padaku "tapi kenapa dia ingin menyakitimu.? Seingatku Diana bukan wanita yang jahat, dia berhati lembut dan sopan bahkan menyakiti binatangpun tak bisa" kenang dokter Satria.
"Itu kan semasa hidup dok, sekarang dia hanyalah hantu, dan bisa saja dia menjadi seperti tadi karena suatu hal"
"Karena apa.." Tanya dokter Satria heran
"Aku tidak tahu jawabanya, tapi aku kira Teman Hantuku pasti bisa menjawabnya.. Kita tunggu saja dia kembali" jawabku datar
"Te-man Han-tu" ucapnya penuh keraguan
"iyya teman hantuku yang selalu melindungiku, pemilik kucing ini, yang menyelamatkan ku dari cekikan wanita hantu tadi" jawabku santai sambil mengelus tubuh prince
Dokter Satria hanya menatapku penuh keraguan. Entahlah mungkin ia pikir aku sudah benar-benar gila.
***

No comments: