Thursday, 10 November 2016

Terimakasih Saudariku..:)

Entah apa itu nyaman?. Tapi yang pasti saat sudah bersamamu aku tak mau beranjak. "Tak ada yang tak pantas, kecuali Allaah yang menentukan" ujarmu kala itu membuat genangan air mengambang dimataku.

"Saat akhir bulan desember, waktu itu matahari mulai disapu dari langit.." kau mulai bercerita. Tatapanmu sungguh berbeda. Menerawang jauh kemasa silam. Tentang kisah indah yang pernah kau lewati bersama sahabat. Seorang sahabat seperjuangan. Kalian sudah malang-melintang ke nasional dikirim mewakili kampus kita. Aku duduk dihadapanmu. Mendengarkan ceritamu adalah hal yang kusuka. Kadang aku tak bisa lagi berkata-kata, hanya mampu mengusap hujan dari mata. Sungguh, kau adalah warna yang berbeda.

Kau mulai bercerita kembali.
"Hujan gerimis membasahi jalanan. Kami baru sudah selesai menjalani mata kuliah. Terdengar gema adzan ashar. Kami memutuskan berlari-lari kecil menuju tempat peribadatan". Aku menatap lekat bola matamu dibalik kaca ajaib itu. Sepasang kaca yang selalu kau pakai kemana-mana. Kaca ajaib yang kau pakai untuk mata itu, sebenarnya sudah cukup menjadi saksi. Bahwa hampir seluruh hidupmu tak lepas dari membaca dan menulis. Bahkan dari sekolah dasar, kau suka membersihkan perpustakaan. Eh salah, bukan dari seragam putih-merah tapi dari sejak kecil. Ya sejak kecil, kau sudah mengkonsumsi dongeng luar negeri. Sungguh berbeda dengan aku kecil yang lebih suka bermain dilapangan dan banyaklah menghabiskan waktu disana, dari pada menatap buku lama-lama. 

"Setelah sampai di masjid kampus aku berkata dengannya; 'hari ini kita berlari-lari sholat ashar di masjid kampus. Semoga nanti satu hari kita lari-lari sholat ashar di negeri lain'. Itulah yang aku katakan. Lalu, ia hanya mengaminkan". Ujarmu terdiam sesaat. Jilbab ungu langsungan yang kau kenakan saat itu, mengambang di udara bersamaan dengan terpaan angin. Pagi menjelang siang ini, udara sangat mendukung untuk kita berlama-lama duduk bersama. Atap yang teduh diatas kita saat itu dengan senang hati berada disana. Menghalangi sinar matahari yang sebentar lagi akan mulai memanas. Seolah mengatakan, 'hei selesaikan ceritanya'. Karena aku juga mulai mengerutkan kening penasaran dengan akhir kisahmu. 

"Tiga bulan setelah itu..." jari mungilmu mulai menyentuh telapak tanganku. Menggenggam hangat seolah ingin meyakinkan sesuatu. Kau mulai menyilangkan kaki, mengganti posisi duduk untuk lebih nyaman. Hingga penekanan intonasimu sangat kurasakan. "Cepat sekali Allaah menjawab semuanya. Tiga bulan setelah itu, kami berlari-lari kecil menuju masjid terdekat. Dengan suasana yang sama gerimis menemani. Dengan waktu yang sama juga yaitu saat kumandang ashar mulai memanggil. Hanya saja tempatnya berbeda, kami berada di masjid Malaysia". Binar matamu dapat kulihat dengan jelas. Senyum merekah di rona pipimu memberi magnet untukku tersenyum pula. Kita tampak hanyut hanya berdua. Tak menghiraukan mereka yang berada disekitar. Bahkan dulu, ketika kita menjadi panitia disatu acara. Kita lebih memilih duduk paling belakang, meski suara didepan sangat ramai tapi kita terus berbagi tak peduli dengan apapun yang sedang terjadi. Yang kita tahu, kita akan saling mengisi. Apapun. Baik kisah dimasa lalu, ataupun mimpi kita yang kita gantungkan pada doa. Semua mengalir begitu saja.

"Begitulah saudariku.." tatapan teduhmu, melodi indah suaramu saat itu, masih kuingat dengan jelas hingga saat ini. "Tak ada yang tak pantas, kecuali Allaah yang menentukan.." lafasmu mengayun pada dunia yang belum pernah kutemui sebelumnya. Bicara tentang hidayah sudah sering kudengar. Tema seimbangkan dunia akhirat bahkan diluar kepala. Meningkatkan ruh agar semakin dekat padaNya lahap kuhabiskan dari berbagai buku maupun manusia yang biasa kujumpai selain dirimu. Tapi, tema mimpi dan cita-cita hanya kutemukan padamu. Tentang tidak salah jika kita bermimpi tinggi bahkan lebih tinggi dari langit angkasa. Tak apa kita berdoa agar bisa menggapai mimpi bahkan ke luar pulau, luar kota, maupun luar negeri sekalipun. 
"Mudah bagi Allaah membuat kita terbang kemana-mana. Jika kita bisa mewarnai dunia dengan prestasi dan cita-cita, kenapa tidak?" kau menutup percakapan kita kali ini. Genangan air dipelupuk mataku jatuh. Aku memang tidak memiliki rasa percaya diri sebesar dirimu. Tapi lewat kisahmu, semoga aku bisa terus menulis seperti mimpiku dulu. 

Aku pamit pulang duluan. Seiring perjalanan kaki. Kukenang masa putih-biruku. Saat aku duduk kelas satu Sekolah Menengah Pertama di salah satu tempat mencari ilmu di kota Palembang. "Fitri.. Aku sudah menyelesaikannya.." aku menghampiri Fitri sahabatku saat itu. "Mana..?" tanyanya sambil mengadahkan tangan. Kuberi buku sidu putih, penuh dengan tinta biru oleh tanganku. Dia mulai membacanya. Kisah yang mungkin lebih tepat disebut cerita pendek. Kalau tidak salah kuingat tulisan itu berisi setengah dari buku sidu. Aku sudah mencintai dunia menulis dari dulu. Tulisan yang di baca Fitri, sudah rapi dengan tulisan tangan. Sebelumnya aku mencoret-coret, hingga kusatukan dan jadilah karya pertama. Aku lupa judulnya apa. Tapi masih ingat alur ceritanya bagaimana. Selepas kisah itu Fitri dan beberapa teman yang lain sering bertanya karya kedua, ketiga, dan seterusnya. Tidak hanya itu aku juga sering mengisi mading sekolah dengan puisi. Dengan nama pena 'ungu'. Ya, itu nama pena pertamaku. Hingga mimpi jadi penulis terbesit di otakku. Ah, tapi ada pertanyaan nakal mengganggu. Saking nakalnya ia mampu mengusik dipikiranku 'aku? Penulis? Layak-kah?'. Aku tersenyum getir mengingat masa itu. 

Hingga tiga tahun berlalu, memasuki Sekolah Menengah Keterampilan aku memposting tulisanku di facebook. Tulisan itu meski alay. Meski berantakan. Aku suka mempostingnya. Tak peduli pada apapun. Hingga kesibukan lain menyita waktu dan pikiranku. Hingga Allaah mempertemukan kita berdua. Sejak aku bertemu denganmu. Sejak kau memotivasi tulisanku dulu. Aku mulai membangun mimpi itu lagi. Mulai mau belajar menulis. Tapi ada satu yang tak bisa kukalahkan dari dulu. 'Layak-kah?' yah pertanyaan itu sering membunuh mimpi yang meski  kulawan berulang-ulang tetap saja aku kalah.

"Tak ada yang tidak pantas. Kecuali Allaah yang menentukan..". Untuk yang kesekian kalinya. Aku bersyukur bertemu denganmu. Aku berterimakasih Allaah sudi memperkenalkan orang sepertimu padaku. Jika kini pertanyaan nakal itu datang lagi, aku sudah bisa menjawabnya. 'Tak ada yang tidak pantas atau tak layak. Kecuali Allaah yang menentukan. Kecuali mau untuk memulai. Kecuali bermimpi dan berharap padaNya'.

Saudariku.. Semoga kau makin dekat dengan yang kau semogakan :).

Thursday, 30 June 2016

Supernova (Chapter 2)




Chapter 2 : Kampus Bhinneka

Aaroon bersama sahabatnya Xavier memulai kehidupan barunya sebagai manusia biasa di bumi. Ada banyak hal baru dipelajarinya di sini. Dia merasa heran dengan orang-orang dibumi. Menurut pandangannya manusia itu makhluk yang paling pemalas. Hampir semua barang dikerjakan dengan mesin. Tidak seperti di negeri nya yang masih sangat gaptek alias gagap teknologi.
"Kalau seperti ini sih, dari dulu saja gue tinggal dibumi" ucap Aaron tersenyum senang melihat sebuah mesin di hadapannya. Menurut penjelasaan Armand mesin ini dinamakan mobil yang digunakan sebagai salah satu alat transportasi manusia untuk kemana saja. "kan gak perlu berpegal ria lagi kalau seperti gini.. Hahaaa" ucapnya senang sambil melompat masuk ke dalam mobil sport tanpa atap milik sahabat barunya di bumi Armand.
Beda dengan Xavier yang memilih mengagumi benda didepanya dengan diam dan santai. Namun dalam hatinya bergumam penuh ketakjuban "keren" tatapnya sambil tersenyum kearah mobil di depannya.
"Kalian berdua sudah siap.?" Tanya seseorang dari belakang menghampiri mereka dan itu adalah Armand. Armand anak yang lembut, berwajah manis, memiliki rambut coklat dan manik mata birunya mempunyai tatapan yang sendu menandakan dia adalah orang yang penyayang.
" I'm ready.." Jawab Aaron yang sudah duduk di bangku belakang mobil dengan santai. Sedangkan Aaron seorang pria yang kebalikan dari Armand dia Pria yang lincah, jahil dan tak mau diam, manik matanya yang coklat gelap memiliki tatapan yang menggoda siapa saja yang menatapnya.
"Ayo berangkat.." Jawab Xavier dengan tenang sedangkan Xavier adalah orang yang misterius, tatapannya selalu dingin, dan dia tak banyak bicara. Kacamata yang ia kenakan bukan dibawa dari kerajaan Moonbow tapi baru ia dapatkan semalam di kamar Armand dan ia menyukainya dan itu makin membuat aura nya bertambah berkharisma.
Mereka bertiga memulai perjalanan menuju kampus baru tempat mereka menuntut ilmu selama tinggal di sini. Semua keperluan Aaron dan Xavier dikampus telah disiapkan oleh Pak Danu selaku asissten Armand. Mereka menjadi mahasiswa pindahan di kampus Bhinneka sebagai mahasiswa baru jurusan Ekonomi sama seperti Armand agar bisa selalu bersama-sama.
"Ohh.. Begini kampus di Bumi.. Gue kira sama seperti di Moonbows ternyata gedung sekolah di bumi tinggi.. Hmm.." Aaroon meneliti sekitaran kampus Bhinneka. Di perhatikannya manusia satu persatu. Tiba-tiba senyuman nakal nya menyerbak di wajahnya saat ia melihat ada banyak wanita cantik di sekitar sana. "heii Armand, ternyata kampus itu seperti ini.. Kenapa tidak dari awal kau suruh kami ke kampus." Ujarnya sambil terkekeh.
"Eheemm.. ehemm.." Xavier hanya bergumam keras mengingatkan Aaron agar menjaga sikapnya. "Aaron aku harap kau bisa menjaga sikapmu. Jangan sampai kau membuat kekacauan disini juga" ujarnya sambil membenarkan letak kacamatanya.
"hahaaa.. Kamu kaku sekali Vier, tenang saja aku tidak akan membuat kekacauan disini" balas Aaron sambil menepuk pundak Xavier. "lagipula disini sepertinya menyenangkan daripada Moonbows, tidak mungkin kesenangan ini berakhir begitu saja"
Armand yang melihat kedua temannya hanya tersenyum. "Ayo kita ke ruang senat. Kita harus mengambil absen dan jadwal kalian. Selebihnya biarkan pak Danu yang mengurus semuanya."
"Okey.. Teserah kamu saja" jawab mereka kompak
Setelah mereka mengambil jadwal dan mengurus semuanya mereka menuju ke kelas. Mereka bertiga berjalan dengan santai dan tak banyak bicara. Tetapi mereka menyadari ada banyak mata memandang mereka dan juga bisikan-bisikan dari orang sekitar mereka. "wahh.. Siapa 2 orang yang berjalan dengan Armand itu.. Anak baru kah? Wajahnya lumayan oke" bisik seorang wanita yang berada tak jauh dari mereka.
Armand yang melihat kecanggungan dari dua orang temannya hanya bisa berucap. "kalian akan terbiasa dengan hal seperti ini.. Tenang saja" ucapnya sambil terkekeh senang melihat wajah temannya yang risih di perhatikan banyak orang. "Aahh wajar kalau para wanita menatap mereka berdua dengan tatapan tajam seperti itu, wajah dua orang ini memang sangat berkharisma"
Setelah mereka sudah sampai di dalam kelas pun perlakuan teman-teman sekelasnya juga sama. Tidak berhenti menatap ke tiga orang di dalam kelas itu yang memiliki kharisma masing-masing. Xavier sudah sangat frustasi menghadapi kelakuan wanita-wanita yang mengerubungi dirinya. Beda dengan Aaron yang dengan senang hati meladeni mereka satu-satu.
Tiba-tiba ada seorang wanita yang dari luar kelas berlari dan berteriak memanggil seseorang "Hoonneeyyyy.. Kau sudah datang" ucapny manja sambil bergelayutan ditangannya Armand.
"Heii.. Apa-apaan kau.." Lepaskan tanganku ucap Armand setengah berteriak berusaha melepaskan tangan wanita tersebut.
"Aahhh.. Gak mauu.. Kan masih kangen" sambil terus bergelanyut di lengan Armand.
Brrraaakkk...
Tiba-tiba terdengar suara meja dipukul dengan keras "Berisik.. Bisakah kalian sekarang agak menjauh, sudah waktunya belajar" ucap Xavier frustasi melihat beberapa wanita yang masih ada di dekatnya dan memandangnya dengan tajam. Aaron hanya terkekeh melihat kelakuan temannya. Sedangkan Armand mendekat berusaha menenangkan Xavier. Para wanita itu? Sesaat mereka melongo karena kemarahan Xavier, tapi sedetik kemudian mereka sudah berteriak histeris... "kyaaaa... Keren" Xavier yang melihat kelakuan wanita-wanita tersebut menjadi bergidik ngeri. "Para wanita ini seperti setan yang siap menerkam kapan saja" pikirnya dalam hati.
Lalu ia pergi meninggalkan kelas saat itu juga karena tidak tahan berada disana. "Vieerr, mau kemana kau?" Tanya Armand. Tapi Xavier hanya berlalu begitu saja keluar dari ruangan itu. Sesaat Armand memandang ke arah Aaron, tapi Aaron hanya mengangkat bahunya seraya berkata "biarkan saja". Dan tetap asyik mengobrol.
"Ahh itu anak masa sudah bolos dihari pertama dia kuliah" ucap Armand dalam hati tapi membiarkan Xavier berlalu begitu saja. Karena sebentar lagi kelas pertama akan segera dimulai.
Pak Anwar Dosen Akutansi yang terkenal galak nya sudah memasuki ruang kelas. Anak-anak yang dari tadi menggerubungi Aaron sudah duduk di kursi masing.
"Bapak dengar hari ini kita kedatangan Mahasiswa baru dikelas ini, bisa maju ke depan untuk memperkenalkan diri" ujar pak Anwar
Aaron yg mengetahui maksud pak Anwar maju ke depan dan memulai memperkenalkan dirinya "hallo semua, kenalkan nama saya Aaron Fadhil Afiq tapi kalian bisa panggil Aaron saja" ujarnya santai sambil tersenyum nakal.
"Haaiii Aarrroooonnn" teriak wanita sekelas kompak
"Sudah.. Sudah.. Jangan berisik" teriak pak Anwar melihat kelakuan anak-anak didalam kelasnya. "kau boleh duduk Aaron" lanjutnya kemudian
Aaron kembali menuju tempat duduknya diiringi tatapan dari teman-teman wanita di dalam kelasnya.
"Bapak kira ada dua orang mahasiswa baru, kemana satunya lagi?"
"Maaf pak, Xavier tadi tidak enak badan jadi istirahat keluar bentar" jawab Armand dari tempat duduknya.
"oh begitu.. Baiklah semuanya kita mulai pelajaran hari ini. Aldo tolong matikan lampunya. Dan yang lainnya silahkan lihat layar didepan dan jangan berisik" ucap pak Anwar dengan tegas
***

Supernova (chapter 1)




Chapter 1 : Awal Kisah 

Jauh diatas langit, ada sebuah negeri kecil yang bernama negeri cahaya. Walau negeri ini kecil, tapi mereka hidup dengan damai. Disalah satu sudut negeri berdiri dengan kokoh sebuah kerajaan yang bernama Moonbow yang dipimpin oleh Raja Elgan dan ratu Achiara, mereka sangat dicintai rakyatnya, karena mereka sangat menjunjung tinggi rasa keadilan. Satu-satunya masalah terbesar dari kerajaan ini hanyalah sang putra mahkota. Pangeran Aaron Fadhil Afiq anak tunggal raja Elgan dan ratu Achiara, Sayangnya pangeran Aaron memiliki prilaku yang membuat raja & ratu khawatir. Dia pangeran yang manja, suka berfoya-foya, sangat nakal dan senang berulah. Walau sebenarnya dia adalah anak yang baik.
Hingga suatu hari kejahilan pangeran Aaron diluar batas sehingga menimbulkan kekacauan hampir di seluruh kerajaan Moonbow. Raja Elgan yang diselimuti kemarahan akhirnya memutuskan untuk menghukum pangeran Aaron.
Hasil musyawarah kerajaan yang terdiri dari raja Elgan, ratu Achiara, perdana menteri dan juga penasehat kerajaan akhirnya memutuskan untuk menghukum pangeran Aaron dengan menurunkannya ke bumi.
Pangeran Aaron hanya dibekali sebuah kalung berwarna hitam pekat. Jika kalung itu kembali berwarna putih itu artinya hukuman sang pangeran telah abis dan akan tertarik kembali ke kerajaan Moonbow.
Pangeran Aaron yang dilempar ke bumi harus merubah sifat buruknya. Agar bisa kembali ke kerajaan. Tapi karena rasa kekhawatiran ratu achiara, dia meminta agar selama di bumi Aaron ditemani salah satu pengawal pribadinya. Aaron pun meminta sahabat baiknya yang menemani dia selama di bumi yaitu anak perdana menteri bernama Xavier Hamizan.
Xavier yang mengerti itu tugasnya tidak menolak permintaan ratu achiara untuk menemani sahabatnya selalu dibumi.
Hingga tibalah hari dimana eksekusi hukuman untuk pangeran Aaron dilaksanakan. Pangeran Aaron dan Xavier yang sudah siap turun ke bumi hanya diam dan berusaha menerima hukuman untuknya. Karena bagaimanapun juga ini semua adalah kesalahannya sehingga hampir membuat seluruh kerajaan hancur karenanya. Ratu Achiara tak kuasa menahan airmata nya yang jatuh memandang kepergian anaknya. Raja Elgan terlihat tegar dan menatap tajam ke puteranya seolah ingin mengatakan "jaga dirimu nak.."
Tiba-tiba cahaya membawa Aaron dan Xavier perlahan-lahan menurunkan mereka ke bumi. Diatas salah satu atap rumah dibumi. Yang ternyata rumah itu dihuni oleh seorang pemuda yang baik dan berhati lembut yang mengizinkan mereka tinggal dirumahnya. Anak itu bernama Armando Ardhani. Karena anak itu yatim piatu jadi tidak akan ada yang menyadari jika ia telah menampung orang lain disana. Aaron dan Xavier yang mulai detik itu harus tinggal di bumi, mengubah semua prilaku dan kebiasaan mereka seperti manusia biasa yang tinggal di bumi. Dan mereka akhirnya mengikuti saran armand untuk bersekolah seperti dirinya.
Dan ini adalah kisah seorang pangeran Aaron yang berusaha menjadi manusia lebih baik lagi bersama dengan dua sahabatnya Xavier dan Armand.
Ini bukan akhir kisah.. Tapi awal dari pertualangan mereka..
=========
Mau tau kelanjutan kisahnya.? Tetap pantengin cerita "Supernova"

Supernova (Prolog)




Prolog : Supernova

Negeri Cahaya Ketika seorang pangeran Aaron dari kerajaan Moonbow yang jauh dari atas langit dihukum menjalani kehidupan seperti manusia biasa di bumi. Apa yang akan terjadi.? *** "Hukuman kali ini mutlak dan harus dijalani, terlempar jauh dari rumah, dan berusaha menjadi lebih baik, aku harus berusaha menerima hukuman ini. Akan kubuktikan aku pasti bisa menjalani ini semua..!!" ~ pangeran Aaron Fadhil Afiq *** "Menemani seorang pangeran keras kepala dan berhati batu menjalani hukumannya.. Mau gimana lagi.. Ini sudah jalan takdir yang harus dijalani. Tak mungkin ku biarkan dia sendiri, karena dia sahabatku.." ~ Xavier Hamizan *** "tiba-tiba mendapatkan dua sahabat yang unik dalam satu malam, sungguh bukan suatu yang pernah aku bayangkan. Semoga mereka suka tinggal dibumi.." ~ Armando Ardhani *** #slowupdate

Kutukan Mermaid (Chapter 2)




Chapter 2 : Antonio dan Nixie

"Kenapa ini terjadi! Apa ini hanya mimpi" aku mencubit kedua pipiku dengan kuat dan ternyata "Aauuuww.." Kenyataannya menyadarkanku. "Tidak.. Ini tidak mungkin terjadi.. Mommy.. Daddy.."aku pun berteriak sekencang-kencangnya.
Aku mendengar beberapa langkah kaki sudah hampir memasuki kamar ini. "ahh tidak boleh.. Tidak boleh ada yang melihatku seperti ini!" Aku pun tersadar akan sesuatu. Saat ada yang ingin masuk dan membuka pintu kamar. "STOP!! Jangan ada yang berani masuk!" Teriakku.
"Tuan puteri.. Ini saya pelayan anda Dorothy. Apa boleh saya masuk" ucap seseorang dari balik pintu.
"Tidak.. Tidak ada yang boleh masuk!! Panggil mommy dan daddy sekarang! Aku ingin bertemu dengan mereka.!" Teriakku histeris setengah terisak-isak.
"Apa saya boleh menemani anda didalam sambil menunggu Raja dan Ratu datang" ucap Dorothy kembali.
"TIDAK.. TIDAK ADA YANG BOLEH MASUK KECUALI ORANGTUAKU.." Bentakku keras berharap dia tidak menerobos masuk.
Beberapa menit aku menunggu mommy dan daddy belum juga datang. Aku frustasi melihat yang terjadi dengan tubuhku. Aku bersisik! Seperti ikan. Aku pukul-pukul kakiku histeris tapi tak berubah menjadi apa pun.
Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu "putriku Maylin, apa mommy dan daddy boleh masuk" ucap seseorang penuh kekhawatiran dari luar kamarku.
Aku dengan cepat menutup kembali kakiku dengan selimut. Dan mengizinkan mereka untuk masuk. "Mommy.. Daddy.. Masuklah" jawabku pasrah
Aku mendengar pintu kamar ku dibuka dan suara langkah yang cepat menghampiriku yang masih berbaring di dalam kelambu ranjang tidurku.
"ohh putriku Maylin kenapa kau berteriak-teriak tengah malam seperti ini. Apa yang terjadi" ujar ibunda Ratu sambil berlari memelukku.
Aku masih terisak tidak tahu harus memulainya darimana. "Mom-my"
Ibunda Ratu melepas pelukannya dan memandang wajah ku dengan penuh kasih sayang. Dia mengusap rambutku lembut. Seakan tersadar sesuatu diapun menjerit setengah berteriak "ada apa dengan rambutmu?" Ucapnya panik
Ayahanda Raja yang mendengar pertanyaan ibuku pun mulai mendekati kami dan melihat rambutku yang sudah berubah menjadi warna hijaupun bertanya penasaran "Maylin apa yang terjadi"
Aku hanya menggeleng pelan, "Aku tidak tahu mommy, daddy.. Apa yang terjadi padaku kenapa aku berubah seperti ini" jawabku terisak ketakutan.
"Berubah.. Apa yang berubah" tanya Raja hati-hati penuh kecemasan.
"A-aku berubah se-seperti i-kan daddy" jawabku terbata-bata sambil menutup muka ku dengan kedua tanganku.
Tanpa penjelasan lengkap ayahku menarik selimut yang menutupi kakiku. Wajahnya sungguh sangat syok melihat keadaanku. Ibuku menjerit dan memelukku dengan erat. Ia pun menangis melihat keadaanku. Yang terdengar sekarang hanya tangisan aku dan ibuku.
Kulihat ayah terduduk lemas di samping ranjangku. "Kutukan itu terjadi" gumam beliau dengan frustasi.
"ku-kutukan! Kutukan apa daddy.." Tatapku heran melihat ke dirinya.
"Kutukan Mermaid" jawabnya singkat
"Daddy.. Mommy.. Apa maksudnya Kutukan Mermaid" tanyaku penasaran dengan kedua nya. Tapi ibunda Ratu tidak menjawab pertanyaanku dia hanya menangis cecegukan di pelukanku. Pelukannya begitu erat. Sedangkan Ayahanda Raja hanya tampak duduk menerawang disisi ranjangku. "Mommy.. Apa yang terjadi dengan Maylin" ucapku membalas pelukan ibunda Ratu.
"Maafkan daddy mu ini sayang.."ucap Raja gamang. Matanya jelas memancarkan penyesalan. "ini semua salah daddy dan kau yang menjadi korban kesalahan daddy mu ini" lanjutnya penuh kesedihan.
"Ada apa sebenarnya daddy.. Jelaskan semuanya pada Maylin" tanyaKu penasaran.
"Akan daddy jelaskan semuanya.." Ucapnya lemas dan menerawang langit kamar. "Ini Semua bermula dari kesalahan daddy dimasalalu. Keegoisan daddy membuat banyak orang terluka"
***
Flashback 25 tahun yang lalu
Hujan deras dan petir yang menyambar-nyambar ditengah lautan menyebabkan Gelombang tinggi dan menghempaskan sebuah kapal yang sekarang sedang terombang-ambing yang tak tahu kemana arah dan tujuan.
"Kapten.. Layar sebelah kanan patah" teriak seorang ABK (anak buah kapal) dengan panik
"Kapteenn, mesin 1 rusak parah" teriak ABK dari dalam kapal.
"Kapteeen, lambung bawah kapal sebelah kiri mengalami kerusakan serius" teriak yang lainnya menambah kepanikan didalam kapal
Seorang kapten yang masih berusaha berdiri tegak memegang kemudi kapal tampak sedang berpikir keras. "Sial!! Apa ini akhir dari kapal kebanggaan saya" ujarnya mengutuk diri dalam hati.
Hingga dia mendengar sebuah teriakan "Darataannn.. Darataannn.." Tersadar akan satu hal dan seperti ada secercah harapan sang kapten memerintahkan anak buahnya "Naikan layar daurat.. Perbaiki kerusakan lambung kapal yang rusak.. Jika mesin tidak bisa dijalankan gunakan sisa tenaga kalian semua dengan dayung yang ada.. Tujuan kita daratan yang terdekat". Seolah terhipnotis denga semangat kapten mereka, para ABK mengumpulkan sisa semangat mereka dan berteriak keras "BAIK KAPTEN" lalu mereka sibuk dengan tugas mereka masing-masing.
Setelah berapa lama mereka berusaha menuju daratan terdekat akhirnya sampai juga tujuan mereka. Beberapa dari mereka melompat-lompat kegirangan, berpelukan dan tidak sedikit juga mencium tanah yang mereka pijaki.
Sang kapten kapal berdiri membusungkan dada seakan menikmati keberhasilannya membawa kapal kebanggaan nya berhasil ke daratan. "Semuanya berkumpul.. Kau, kau dan kau segera ke desa terdekat. Cari tahu apa saja yang dibutuhkan kapal dan perlengkapan lainnya. Kau, Kau dan kau periksa siapa saja yang terluka. Kau, kau dan kau periksa keadaan sekitar dan yang lainnya periksa dan perbaiki kapal. Perjalanan kita masih panjang." Ujar kapten dengan tegas memberi perintah para ABK.
"Siap kapten.." Teriak mereka bersamaan kompak lalu berlalu dari hadapan sang kapten.
"Kau memang kapten kerajaan Mirages yang hebat. Tidak sia-sia Raja memerintahkan kau memimpin ekspedisi kali ini" Puji seseorang dari arah belakang sang kapten dia adalah sang Panglima yang bertugas mengawal ekspedisi.
"Ini berkat kerjasama team yang hebat" ucap sang kapten merendahkan diri.
"Kapten.. Kaptenn.." Teriak seseorang yang berlarian mendekati kapten dan panglima.
"Kenapa kau berteriak-teriak" tanya kapten heran
"Pangeran.. Itu Pangeran.." Jawabnya ling lung bingung harus memulai dari mana.
"Ada apa dengan Pangeran!" Ucap panglima keras menyadarkan sang pembawa pesan.
"Pangeran Antonio menghilang" ucapnya ketakutan
"Bagaimana bisa!!" Teriak sang kapten yang lalu memerintahkan semua orang mencari keberadaan pangeran Antonio.
***
Di lain tempat seorang pemuda yang bertahan dengan papan kecil terombang ambing di lautan. Tubuhnya penuh dengan luka. Sepertinya ia sudah sangat lelah dan tak mampu bertahan. "ini mungkin akhir hidupku" gumamnya pilu di dalam hati. "maafkan aku ayah, ibu.." Ucapnya nya lemah. Kelelahan yang dia alami membuat tubuhnya kehilangan kesadaran dan terlepas dari papan yang menopang tubuhnya agar tetap mengambang di air.
Ia mulai jatuh tenggelam di dasar lautan kesadarannya meredup. Hingga tiba-tiba seseorang seperti menangkap tubuhnya dan mengangkatnya perlahan menuju permukaan. "Siapa yang menolongku" pemuda itu melihat sekilas wajah perempuan yang menarik tubuhnya, rambut birunya yang panjang dan bergelombang sangat indah di dalam air. Sayup-sayup pemuda itu mendengar suara "Bertahanlah". Tapi kesadaran itu sudah benar-benar hilang dari diri sang pemuda.
Setelah beberapa lama terlelap sang pemuda membukakan matanya perlahan. "ini dimana? Apa yang terjadi?" Pikirnya dalam hati. "ahh iya.. Saya tadi hampir tenggelam, jika saja tidak ditolong wanita itu aku pasti sudah mati! Tapi dimana wanita itu sekarang?" Ia pun mencari sosok perempuan yang telah menolongnya tadi. "tapi--apa yang dilakukan seorang wanita ditengah lautan" pikirnya sadar kemudian.
Lalu ia melihat beberapa luka ditubuhnya sudah dibersihkan dan diobati. "Apa ini perbuatan wanita itu?" Pikirnya kemudian
"Kau sudah bangun?"
"Suara wanita, darimana suara itu?" Dia kembali memutar kepalanya mencari asal suara. Tapi matanya tidak menemukan apa-apa, yang dilihatnya hanyalah beberapa batu besar dan dia masih dipinggir pantai beralas pasir putih yang indah. "Kau dimana?" Tanyanya penasaran
"ohh maaf, aku tidak bisa menemanimu disana.. Aku ada di balik batu di dekatmu"
"Dibalik batu? Apa yang kau lakukan disana" tanya pemuda itu penasaran dan berusaha berdiri mendekati asal suara itu. "Aauuww.." Jeritnya kecil sambil menatap kakinya yang ternyata terluka lumayan parah.
"Jangan bergerak! Kakimu masih terluka. Tunggu lah beberapa saat lagi obatnya masih bekerja" suara itu terdengar lagi.
"Apa kau yang mengobatiku?"
"Iya"
"Suaranya begitu merdu aku penasaran bagaimana wajah gadis itu" pikirnya penasaran. "Apa kau tidak bisa mendekatiku ke sini saja agar aku bisa melihat wajahmu" tanya pemuda itu tegas.
Hening menggelayuti suasana saat itu, tak ada sahutan dari pemilik suara di balik batu. "Apa kau marah padaku?"
"Tentu tidak.."
"kalau begitu kenapa kau tidak menanggapi permintaanku?"
"Karena aku takut--aku takut kau tak menerimaku" jawab suara itu terbata-bata
"Kenapa kau berpikir seperti itu? Mendekatlah aku mengundangmu"
"Baiklah jika itu mau mu" jawabnya ragu
Pemuda itu melihat ke arah balik batu. Rasa penasarannya membuat dia berdegub dengan kencang. Ia terus melihat tanpa mengedipkan matanya. Menduga-duga apa yang akan keluar dari sana.
Tak ia duga seorang wanita berambut biru langit keluar dari persembunyiannya. Wajahnya sungguh menggoda hati sang pemuda. Matanya yang berwarna senada dengan rambut itu memancarkan keteduhan. Bibirnya sungguh tipis dan mungil. Pemuda itu terpesona melihat kecantikan di depannya.
Hingga sang wanita menduduki salah satu bebatuan di depannya. Sang pemuda seketika terdiam dan wajahnya mengisyaratkan kebingungan setengah ketakutan ketika melihat wanita yang kini duduk dihadapannya tidak memiliki kaki seperti manusia, kakinya bersisik seperti ikan.
"Sudah kuduga kau akan takut padaku" ucapnya lirih dan menundukan kepalanya
Ucapan sang gadis membuat pemuda tersadar lalu tersenyum simpul. "Aku tidak takut padamu, aku hanya sedikit terkejut"
"Benarkah..? Kau tidak takut padaku?" Suaranya sudah kembali seperti sedia kala.
"iya aku hanya terkejut, ternyata seorang wanita yang cantik keluar dari sana" tambahnya kemudian
"Kau hanya berbohong padaku"
"Sungguh aku tidak pernah berbohong padamu. Apa aku boleh tahu namamu nona?"
"Namaku--apa kau benar ingin tahu namaku"
"Tentu saja"
"Namaku Aubrey Nixie, kau bisa memanggilku Nixie. Aku anak Neptunus dari kerajaan Aquamarine" jawabnya penuh percaya diri. "Lalu siapakah nama pria yang gagah dihadapanku ini" godanya ke arah sang pemuda
Mendengar pujian dari sang gadis membuat dia sedikit gugup karena tak menyangka wanita itu bisa begitu polos memujinya. "Namaku Antonio Alexander.. Kau bisa memanggilku Antonio aku Putera Mahkota dari kerajaan Mirages"
"Antonio.. Hmm.. Nama yang indah" ucapnya lagi.
Antonio yang mendengar itu kembali tersenyum-senyum. Dihadapannya adalah seorang wanita cantik berwujud duyung. Sesuatu yang tak pernah terpikirkan oleh dia, makhluk yang hanya mitos berada dihadapannya.
Selama seminggu terjebak di pulau antah berantah, selama itu pula dirinya ditemani duyung cantik bernama Nixie. Walau Nixie seorang duyung tapi dia begitu telaten merawat apa saja keperluan Antonio. Tak lupa dia juga selalu merawat luka ditubuh Antonio dengan begitu baik menggunakan obat-obat alami dari dalam lautan. Berangsur-angsur tubuh Antonio menjadi lebih baik. Kakinya pun sudah bisa digunakan kembali.
"Maafkan aku Antonio, aku hanya bisa memberikan makanan-makanan dari laut untukmu. Kau tau sendirikan aku tak bisa ke daratan untuk mencarikanmu yang lainnya" ungkap Nixie sedih sambil menghidangkan rumput laut di hadapan pria yang dikaguminy Antonio.
Antonio yang mendengarnya hanya tersenyum. "Tidak apa-apa Nixie, ini sudah cukup.." Jawabnya tulus
Nixie kembali tersenyum bahagia mendengar ucapan Antonio. "Apa kau akan segera pulang?"
"Iyaa.. Setelah aku kembali sehat aku akan mencari cara untuk pergi dari sini" tutur Antonio.
Jawaban Antonio membuat nixie sedih. "Dia akan pulang, itu artinya aku akan berpisah dengannya.." Ucap nixie di dalam hati.
Antonio yang melihat raut muka nixie yang menjadi sedih menyadari kegundahan wanita di hadapannya ini "Kau tak perlu kuatir Nixie, meski aku pulang kita masih bisa bertemu" ucapnya menghibur Nixie
"Bagaimana caranya?"
"hmm.." Tampak sedikit berpikir "kita bisa bertemu di pantai Sandrose. Pantai itu sangat dekat dengan istanaku di Mirages" ucap pangeran Antonio dengan semangat.
"Benarkah..?"
"Tentu saja." Ucapnya sambil membelai rambut nixie.
Nixie yang merasakan perlakuan Antonio tidak sadar membuat pipinya merona merah. Dan hatinya menjadi nyaman. " oh iya Antonio! Aku punya cara mencari kapal yang kau bicarakan waktu itu. Kapal yang bisa membawamu pulang" ucap Nixie seakan mengingat sesuatu.
"Bagaimana caranya Nixie?" Tanya Antonio sambil mengerutkan keningnya penasaran.
"Aku bisa meminta tolong teman-temanku di lautan untuk mencari keberadaan kapal itu"ucap Nixie bersemangat. "sebentar Antonio, aku cari mereka dulu"
Setelah mengatakan itu Nixie menyelam kembali ke lautan. Dan selang beberapa lama dia telah muncul kembali ke permukaan. "Kau sudah siap Antonio.?"
"Siap untuk?" Tanya Antonio penasaran
"Untuk mengarahkan sahabatku mencari kapal yang kau maksud" kata nixie bersemangat. "Dolpino.. Starsea.. Clown fish.. Testudinata.. Ayo berkumpul" teriaknya memanggil sahabatnya
Muncul lah beberapa binatang sahabat Nixie ke permukaan. Mereka adalah Dolpino sang lumba-lumba, Starsea sang kuda laut, Clown Fish sang ikan badut dan terakhir Testudinata sang kura-kura tua.
"Ada apa tuan putri memanggil kami kesini" tanya testudinata.
"Aku ingin meminta tolong pada kalian semua, kalian mau kan menolongku.." Ucapnya mengiba ke empat sahabatnya itu
"Apa yang bisa kami lakukan untukmu Tuan Puteri?" Tanya Dolpino bersemangat
"Aku ingin kalian mencari sebuah kapal. Untuk lebih jelasnya aku akan memberi waktu temanku Pangeran Antonio menjelaskan semuanya" dia mempersilahkan Antonio menjelaskan semuanya dengan sendiri kepada para sahabatnya.
Antonio yang masih terkejut karena melihat ke Empat hewan yang ada di hadapannya bisa berbicara layaknya manusia masih terdiam dan menganguminya. "Hewan yang bisa berbicara! ini menarik" ucapnya dalam hati.
"Pangeran.." Panggil Nixie menyadarkan lamunan Antonio. "ayo jelaskan pada mereka semua. Mereka pasti bisa membantumu" ucapnya sambil tersenyum
"ha-hai semua" sapa Antonio gugup di hadapan sahabat nixie.
"Jangan basa basi lagi Pangeran! Apa yang harus kami lakukan" ucap Starsea ketus melihat tingkah Antonio
"Baiklah semua nya, Sahabat puteri Nixie. Perkenalkan namaku Antonio Alexander. Saat ini aku butuh kalian semuanya. Tolong bantu saya mencari kapal dengan ciri-ciri......" Dengan panjang lebar Antonio memberikan intruksi kepada Empat sahabat Nixie. Setelah menjelaskan semuanya dan di mengerti mereka pun pamit untuk segera menjalankan misi yang diberikan oleh puteri mereka Nixie.
"Baiklah Pangeran Antonio akan segera kami laksanakan" ucap Testudinata bijak. "semuanya sudah mendengar penjelasan Pangeran Antonio kan! Sekarang ayo berpencar" perintahnya tegas ke Tiga animal lainnya.
"Siap." Jawab mereka kompak dan mulai berenang menuju ke tempat mereka tuju.
Antonio yang melihat mereka berempat semakin jauh memandang mereka penuh harapan "Semoga mereka bisa menemukan kapal Kerajaan secepatnya"
"Apa kau kuatir mereka tidak menemukanya Antonio.?" Tanya Nixie hati-hati "Jangan cemas, mereka pasti bisa menemukannya. Meski mereka terlihat kecil tapi jangan ragukan kemampuan mereka" ucap Nixie bangga
Antonio hanya tertawa kecil mendengar ucapan Nixie. "Aku percaya kepada teman-temanmu" jawab Antonio yang mendekati Nixie yang masih duduk di tempat favorit nya diatas batu di pinggir pantai.
"Nixie apa kau tahu, aku terlempar dari kapal itu saat ada badai datang menyerang kami. Saat itu aku yang berniat membantu yang lainnya menarik layar agar berkembang malah terlempar jatuh dari kapal. Tapi saat ini aku bahagia bisa terlempar dari kapal itu, kau tahu kenapa?" Ucapnya sambil memandang lekat mata Nixie.
"Tidak tahu Antonio.. Kenapa kau bisa bahagia?"
"karena itu jalan yang harus aku tempuh agar bisa bertemu denganmu" ucapnya lembut penuh kehangatan.
Pipi Nixie yang mendengar semua itu menjadi merah merona. Perlakuan Antonio membuat Nixie berdegub kencang. "Duyung juga punya hati kan, apa aku bisa mencintai dia" katanya lirih di dalam hati.
Sedangkan batin Antonio juga sedang bergejolak bimbang "kenapa setiap aku menatapnya ada rasa nyaman di hatiku, apa aku mencintai duyung dihadapanku ini?"
Satu bulan pun berlalu dan mereka berdua belum mendapatkan berita dari empat sahabat yang mencari tahu keberadaan kapal Mirages. Selama itu pula Nixie menemani Antonio di pulau antah berantah itu. Kaki Antonio sudah sepenuhnya sehat, saat ini dia sedang mencoba memanjat pohon kelapa di dekat mereka sedangkan Nixie tetap setia menunggu diatas batu yang sekali-kali dia menyelam ke air agar tubuhnya tetap basah.
"Nixie! Hayo sini mendekatlah.. Aku membawa sesuatu yang segar, kau harus mencobanya" teriak Antonio memanggil Nixie yang sedang berenang.
"Okey.. Tunggu aku" jawab Nixie seraya mendekati Antonio. "Apa itu Antonio?" Tanya nya penasaran ketika tiba di atas batu favoritnya
"ini kelapa muda Nixie, air nya segar untuk di minum begitu juga daging buah nya juga sangat manis dimakan" jawab Antonio sambil membuka kelapa muda dihadapannya. "Apa kau ingin mencobanya? Kemarilah" ujarnya tanpa melihat ke arah Nixie karena harus fokus dengan membelah buah dihadapannya.
Karena penasaran ingin mencoba rasa dari buah kelapa itu Nixie mendekati Antonio dengan perlahan menyeret tubuhnya di atas pasir. Sulit bagi dirinya berjalan di daratan karena kakinya yang menyerupai ikan. Tapi karena ajakan Antonio dia berusaha menggapai tujuannya. Lalu tiba-tiba saja. "Kalau kau butuh bantuan katakan saja Nixie, aku akan selalu siap membantumu" ujar Antonio yang sudah membopong tubuh Nixie di kedua tangannya dengan tersenyum menatap mata Nixie. Perlakuan Antonio padanya semakin menumbuhkan rasa di dalam hatinya yang tanpa ia sadari itu membuat pipinya kembali merona.
Mereka memulai menyantap makanan yang telah disiapkan oleh Antonio. Di bawah rindangnya pepohonan di pinggir pantai. Saat Nixie mencoba buah kelapa muda itu matanya benar-benar berbinar "Enak.. Sangaat enak.." Ungkapnya bahagia sambil menghabiskan makanannya.
Antonio yang melihat kebahagian Nixie terus menatap tingkah laku duyung dihadapannya dengan tersenyum dan berujar dalam hati "Salahkah jika aku menyukainya?". Ia sadar jika mereka akan sulit untuk bersatu tapi ia ingin memperjuangkan cinta yang ada dihadapannya.
***
Dolpino sedang berenang ke salah satu dermaga. Dia mendapat informasi dari salah satu sahabatnya burung camar jika melihat sebuah kapal yang ia cari. "Ketemu.. Kapalnya ketemu.."ucap Dolpino bersemangat. "aku harus segera memberitahukan semuanya ke puteri Nixie" lanjutnya bergegas pergi dari dermaga itu.
***
Tunggu next chap ya.. Yang penasaran pantengin terus ceritanya È

Kutukan Mermaid (Chapter 1)




Chapter 1 : Pertunangan

Seluruh penghuni kastil dan rakyat dari Kerajaan Mirages semua bersukacita, karena putri mahkota mereka, putri Maylin Kennocha akan segera bertunangan dengan seorang pangeran tampan dari negeri sebrang bernama pangeran Maxwell Cairbre. Semua pelayan istana sibuk menyiapkan berbagai keperluan istana. Para penduduk desa menghias jalanan dan rumah-rumah mereka untuk menyambut kedatangan pangeran dan rombongan.
Didalam sebuah bilik kamar kerajaan tampak seorang wanita berambut panjang berwana kuning keemasan sedang memakai gaun barunya untuk dipakai di acara pertunangan nanti siang. Senyum mengembang di wajah manisnya. Ia adalah Putri Maylin, seorang wanita yang ramah dan suka menolong sehingga membuatnya sangat dicintai rakyatnya.
"Tak terasa sekarang putrinya mommy sudah dewasa dan akan segera meninggalkan mommy dan daddy.." Ucap seorang perempuan berwajah lembut datang dari arah pintu kamar.
"Mommy.." Teriak putri maylin melihat kedatangan sang ratu ke dalam kamarnya. Ia memeluk wanita paruh baya itu dengan sayang. "mommy gak boleh ngomong gthu.. Maylin akan tetap selalu menjadi anak mommy dan daddy selamanya" ucapnya manja di pelukan sang bunda.
"Tapi sayang.. Saat kau nanti telah sah menjadi istri dari pangeran Maxwell kau akan mengikuti kemanapun langkah yang akan dia ambil.." Sambil mengelus rambut putri kesayangannya
"Iyya mommy.. Maylin mengerti hanya saja nanti kan maylin tetap bisa berkunjung ke tempat mommy dan daddy kan" jawabnya ceria
"iya sayang.." Sambil menuntun putri Maylin menghadap kaca rias sang putri "bagaimana kalau rambut nya dikepang cantik aja sayang."
"Okey mommy"
"Maylin kecil mommy benar-benar sudah dewasa sekarang.."
Terdengar sangat riuh di lantai dasar kerajaan. Menandakan pangeran Maxwell dan rombongan telah tiba. Putri Maylin yang sudah bersiap melihat semuanya dari balik jendela kamar bersama ibundanya.
"Masadepanku.. Aku yakin akan selalu bahagia bersamamu. Sebentar lagi kita akan selalu bersama selamanya.." Ucap putri Maylin dalam hati dengan senyum mengambang diwajah manisnya.
"Semoga apa yang di takutkan selama ini tidak akan pernah terjadi, tuhan lindungilah putriku selalu" ucap bunda ratu dalam hati mengisyaratkan kekhawatiran di wajahnya.
***
Diruang tengah istana, telah berkumpul keluarga besar dari 2 buah kerajaan untuk melaksanakan pertunangan putri Maylin & Pangeran Maxwell. Ada banyak canda gurau menggema di dalam ruangan, musik merdu dimainkan, para pasangan pun berdansa, termasuk pasangan yang baru saling mengikat dengan cincin di jari manis mereka.
"Apa kau bahagia?" Tanya pangeran Maxwell sambil berdansa dengan wanita yang ia cintai.
"sangat.. Sangat bahagia" jawab putri Maylin antusias sambil memandang lekat ke wajah pria tampan dihadapannya.
Pangeran maxwell mengeratkan pelukan nya di tubuh maylin seraya berbisik lembut di telinga sang putri "terimakasih telah bersedia menjadi pendamping hidupku".
Pesta pertunangan itu berlangsung sampai larut malam. Para undangan sudah pulang ke rumah masing-masing. Pangeran Maxwell dan rombongan telah pulang ke kerajaan mereka. Mereka tidak bisa menginap disana karena banyak pekerjaan yang harus segera di selesaikan. Apalagi acara pernikahan sudah ditetapkan 1 bulan lagi dari sekarang. Akan banyak persiapan yang harus dikerjakan.
Malam itu sang putri Maylin sudah tertidur di ranjangnya. Seluruh penghuni kerajaan mirages sedang tidur dengan pulas karena kelelahan menyiapkan acara pertunangannya. Hanya tersisa beberapa pengawal yang bertugas patroli di dalam maupun luar istana.
Putri Maylin yang sedang tertidur tiba-tiba gelisah karena mimpi yang sedang ia alamai.
***
Dalam mimpi putri Maylin
"Dimana ini.. "kutolehkan kepalaku ke segala arah mencari tau apa yang sedang terjadi saat ini. Aku seperti sedang berjalan di tepi pantai Sandrose di waktu malam. Cahaya bulan memantul di pantai. Suara deburan ombak menambah keheningan malam.
Aku melihat seseorang wanita duduk diatas bebatuan di pinggir pantai membelakangi diriku. "siapa dia" tanyaku dalam hati.
Kudekati wanita itu secara perlahan sambil memanggil dirinya. "hallo.. Kamu siapa"
Wanita itu hanya diam. Setelah hampir mendekati dirinya terlihat jelas dibawah cahaya bulan purnama warna rambut wanita itu kehijauan, begitu juga pakaian yang dia kenakan sangat aneh. Aku kaget saat melihat kakinya, bersisik seperti ikan. Karena syok aku tak mampu bergerak dari tempatku berdiri. Aku ketakukan dan hanya mampu menutup mulutku dengan kedua tanganku. Perlahan ia pun menoleh, badanku gemetar ketakutan, tapi kakiku tak mampu ku gerakan menjauh, tiba-tiba dia berbicara "sudah saatnya, kutukan itu akan datang padamu.." Diapun menyeringai dihadapanku kemudian tertawa nyaring memekakan telingaku.
Aku menutup ke dua telinga dengan tanganku. Walau aku ketakutan tapi aku bisa melihat jelas wajahnya mirip denganku. "Siapa kau.?" Teriakku di hadapannya
"Aku adalah kau.." Jelasnya sambil mengelilingi diriku. "Ketika kau nanti bangun dari tidurmu, maka aku adalah kau, karena aku adalah mimpi burukmu, aku yang tertidur telah bangkit, akulah kutukanmu..." Diapun kembali tertawa begitu nyaring sehingga membuatku terbangun dari tidurku.
Tubuhku penuh dengan peluh. Nafasku tersenggal seolah habis ditelan sesuatu. Aku lihat ke sekeliling ternyata aku masih didalam kamarku. "Apa itu hanya dalam mimpi" gumamku dalam hati.
Karena rasa haus aku ingin mengambil minum diatas meja. Tapi saat aku ingin menggerakan kakiku, ternyata begitu berat, susah digerakan. "Ada apa dengan kakiku.?" Tanyaku dalam hati
Perlahan ku buka selimut yang menutupi kakiku. Setelah terbuka sepenuhnya, wajahku berubah menjadi rasa ketakutan, nafasku serasa berhenti, jantungku berdegub dengan kencang. "tuhan.. Apa yang terjadi dengan kakiku.?" Gumamku cemas ketakutan. Aku melihat rambutku berubah menjadi hijau. "tidak.. Ini tidak mungkin terjadi... TIIIDDAAAAAKKKKKK" Teriakku sekencang-kencangnya.