“Lina mana Erna?” tanya mbak Rahmi murobbi
(tutor)ku saat kami lagi liqo’(ta’liman) seperti biasa setiap hari
minggunya. “gak tahu mbak, gak ada
kabar” jawabku dengan nada melas.
Erna adalah sahabatku, sejak duduk diSMP kami
sudah berteman, saat masuk SMA kami juga masuk sekolah yang sama kebetulan kami
satu kelas dan satu bangku, bisa dibayangkan betapa dekatnya kami, kemana-mana
bareng, kekantin bareng, dan pulang sekolahpun bareng karena rumah kami satu
RT, jarak antara rumah kamipun hanya selang 5 rumah saja. Dulu waktu
pertama-tama masuk sekolah kami sepakat untuk masuk eskul rohis, setiap
minggunya kami sangat bersemangat mengikuti liqo’ (ta’liman) karena materi dari
mbak Rahmi sangat menggugah dan kadang ‘kena’ banget di diri kami.
Sorenya habis dari ta’liman dirumah mbak Rahmi
akupun pulang, aku pulang lewat rumah Erna, baru beberapa selang langkah saja
aku lewat sana ku dengar ada suara motordi belakangku, dan ada suara perempuan
dan laki-laki yang sedang tertawa riang. Lalu akupun menoleh kebelakang untuk
melihat siapa itu, dan sekaligus membunuh rasa penasaranku, betapa terkejutnya
aku ternyata wanita itu adlah Erna dan laki-laki yang memboncenginya adalah
Bobi (teman rohisku disekolah).
Kupandangi Erna dengan seksama, karena sadar
bahwa aku memandanginya iapun terburu-buru turun dari motor dan langsung masuk
kerumahnya, lalu Bobipun berlalu dengan motornya. Saat sampai dirumah ketika
dikamar akupun bergumam sendiri ‘Dari mana Erna? Kok dia bisa boncengan dengan
Bobi? Apa mungkin dari sekolah? Tapi setahuku di sekolah tak ada kegiatan
apa-apa, kalaupun toh ada biasanya dia selalu mengajakku? Hmmbb mungkin Erna
& Bobi tanpa sengaja bertemu dijalan makanya mereka bisa boncengan.. tapi
sepertinya mereka sangat akrab, karena tingkah mereka tadi yang tertawa
bersama, tapi sejak kapan mereka akrab? Karena setahuku Bobi hanya teman di
Rohis! Dia tidak satu kelas dengan kami. Begitu banyak pertanyaan menumpuk di
kepalaku, kuingat-ingat memang akhir-akhir ini Erna sedikit berubah, setiap ku
ajak belajar bersama dia tidak mau, bahkan kalau ada kegiatan ta’liman selalu
saja ada alasan yang dia utarakannya padaku..
Malamnya dikamar setelah aku mengerjakan PR Fisikaku,
saat aku berbaring di ranjangku pertanyaan-pertanyaan tentang Erna masih
menghantui benakku.. ‘apa mungkin Bobi dan Erna pacaran?’ ‘ah tidak mungkin!’
akupun langsung menepis prasangka buruk itu, tapi prasangka itu muncul lagi,
lagi, dan lagi.. lalu untuk memastikannyapun aku membuka Facebook (karena
setahuku Erna sangat suka main Facebook) berulang kali aku menepis prasangka
buruk itu karena aku sangat kenal Erna dia tak mungkin pacaran karena dia tahu
bahwa pacaran tidak ada kecuali setelah menikah.. ketika ku buka Facebookku,
lalu kubuka wall Erna, saat kulihat profilnya ternyata prasangkaku padanyapun
benar Erna Berpacaran dengan Bobi.. berulangkali aku memastikan apa mataku yang
rabun? Atau ini hanya mimpi? Apa ini hanya dugaan? Apa ini memang kenyataan?
Tapi status hubungan mereka memang benar dan kulihat tanggal mereka jadian
sudah 1 minggu yang lalu ‘besok disekolah aku akan tanyakan pada Erna apa
sebenarnya status dia dengan Bobi?’ tegasku pada diri sendiri. Lalu akupun
tidur aku tak sabar menunggu esok hari..
Keesokan paginya disekolah aku sudah duduk
dibangkuku, kulihat jam setengah 7 ‘biasanya Erna sudah datang duluan’ ucapku
dalam hati. Tak lama dari itu Ernapun datang, kupandangi dia sambil senyum dan
diapun mebalas senyumanku “er.. ada yang ingin kutanyakan?” ucapku padanya
tanpa berbasa-basi lagi
“iya.. tanya apa?” jawabnya sambil duduk
disampingku
“kamu ada hubungan apa dengan Bobi?” tanyaku
padanya dengan nada pelan.
“kami pacaran Lin.. maaf yaah gak ngasih tahu
kamu duluan karena waktu nerimanya kemarin sebenarnya aku masih bimbang” ucap
erna sambil senyum polos dihadapanku
‘kok bisa? Kok bisa Erna yang dulu sering
jengkel bila melihat ada orang pacaran, yang dulu merasa risih bila melihat ada
orang yang bermesraan didepan kami, kini dengan entengnya dia mengatakan bahwa
dia juga pacaran’ gumamku dalam hati.. aku tak berkata apa-apa, aku hanya diam,
dan Ernapun diam sepertinya dia bisa menangkap wajah kekecewaanku padanya saat
itu. Suasana kami hening, saat itu aku
memberanikan diri untuk bertanya
“Er.. kok kamu bisa pacaran dengan Bobi?”
tanyaku memecahkan keheningan
“jangan fikir negatif dulu Lin tentang Bobi,
dia itu anak yang baik kok, dia tak jahat denganku, dia perhatian, bahkan dia
sering menasehatiku.. dia juga anak yang lucu.. karena setiap kali bersamanya
ada-ada saja tingkah konyol nya yang bisa membuat aku tersenyum.. aku nyaman
bersamanya Lin” jawab erna padaku, rasanya tak sanggup aku mendengarnya ‘kenapa
Erna yang kukenal dulu kini telah berubah? Dia yang dulu sering menasehatiku
tentang shalat Dhuha, yang dulu cerita padaku tentang dahsyatnya shalat Lail,
yang dulu matanya selalu berbinar-binar bila setiap kali dia cerita tentang
kisah-kisah istri Rasulullah SAW, Dia selalu mengucapkan padaku bahwa dia
sangat mengagumi sosok Aisyah R.a (Istri Rasulullah SAW), bahwa dia juga sangat
takjub dengan cerita Asyiah (istri Fir’aun) yang bisa istiqamah walau dihantam
dengan berbagai cobaan, kenapa dirimu yang dulu hilang Er..? apa yang membuat
kau berpaling dari Allah?’ tanyaku dalam hati. Sejak percakapan itu sikap kami
berdua menjadi sangat canggung.
Dari hari kehari ku lihat Erna semakin jauh
dari sosoknya yang dulu, dia semakin jauh berubah.. dulu sebelum pulang sekolah
dia tak pernah meninggalkan shalat dzuhur di sekolah, tapi kini ketika bell
pulang berbunyi dia langsung pulang bersama Bobi karena Bobi selalu
menunggunya...dan bahkan dia tak pernah ikut liqo’ (ta’liman lagi) setiap kali
kuajak, dia bilang dia selalu ada pekerjaan.
Aku tak tahan melihat itu semua! Hari ini kuberanikan
diri untuk mencoba menegurnya karena aku sayang padanya.. yah karena aku sangat
sayang padanya, aku tak ingin dia semakin tersesat, aku tak ingin dia makin
terbelenggu oleh nafsunya, terlebih lagi karena aku tak ingin kehilangannya
karena aku merindukannya.. aku rindu dulu saat kami sering pergi bersama untuk
ta’liman, aku rindu dulu saat semangatnya membara bila memberikan tausiyah pada
kami di liqo’, aku rindu dia dulu saat-saat kami bisa saling menasehati satu
sama lain.
“Er.. kenapa sejak kau pacaran dengan Bobi kau
berubah?” tanyaku padanya saat bell pulang berbunyi dan saat itu aku hanya
berdua saja dengannya dikleas.. “berubah?” tanya balik erna padaku
“ iya Er.. kamu sadar gak? Kamu sudah
jauhberubah! Kau tak pernah lagi ikut majelis ta’lim, setiap kuajak belajar
bersamapun kau selalu tak bisa, kau selalu meninggalkan shalat dhuha, kau tak
ingat faedah tentang shalat dhuha Er? dan ironisnya sekarang jilbabmu yang kau
kenakan pun semakin tipis! kau berubah sejak pacaran dengan Bobi! Kau tahu kan
Er, kalau pacaran itu adanya setelah menikah?” jelasku padanya lagi
“Bobi selalu mengucapkan padaku bahwa dia
mencintaiku karena Allah Lin! Tolonglah jangan salahkan dia!” jawab Erna sambil
membentakku nadanya terdengar jelas bahwa dia membela Bobi
“Er.. laki-laki yang mencintai karena Allah
dia tidak akan berani mengajak kita untuk pacaran dan berbuat maksiat! Laki-laki
yang mencintai karena Allah dia akan senantiasa menjaga sikapnya agar dia tidak
menggoyahkan iman kita pada Allah, laki-laki yang mencintai karena Allah dia
tidak akan berani memboncengi kita sebelum kita halal baginya! Apakah Bobi
seperti itu Er? Kalau dia sayang padamu, maka kenapa dia malah mau menjerumusimu
keneraka? .. er aku adalah sahabatmu.. aku sayang padamu.. tidakkah kau rindu padaku
Er? aku rindu padamu Er.. sejak kau pacaran dengan Bobi aku kehilangan sosok
dirimu, sosok sahabatku yang dulu.. maafkan aku Er, bila aku harus mengatakan
ini, aku hanya tak ingin kau makin tersesat dengan laki-laki yang bersembunyi
dibalik kata-kata ‘aku mencintaimu karena Allah!’ karena laki-laki yang
mencintai karena Allah mereka tak akan berani mengikat kita dengan ikatan yang
haram tapi mereka akan datang kerumah kita dengan membawa orang tuanya untuk
menikahi kita bukan malah sebaliknya” ucapku panjang lebar pada Erna.
Kulihat raut wajah Erna marah padaku “kau tak
pernah pacaran Lin! Jadi kau tak tahu rasanya!” ucapnya sambil berlalu pergi
meninggalkanku. Ada rasa sedikit menyesal dalam diriku karena ucapanku ‘tapi
aku hanya ingin kau kembali Er..’ gumamku dalam hati.
Malamnya sungguh terkejutnya aku karena Erna
menelfonku, ku dengar Erna menangis “ada apa Er? kok kamu nangis?” tanyaku pada
Erna setelah mengucapkan salam padanya.
“maafkan sikapku padamu tadi siang Li.. lin
alhamdulillah Bobi sudah kuputuskan, sejak ucapanmu padaku tadi, aku
memikirkannya sepanjang jalan, lalu aku tanya pada Bobi ‘kapan kau mau datang
kerumah untuk melamarku?’ lalu dia jawab ‘itu masih sangat lama sayang.. aku
tak tahu pastinya kapan’ saat itu juga aku sadar bahwa hubungan ini harus
segera diakhiri karena saat itu aku tahu bahwa jalan ini jalan yang salah..
awalnya dia tak mau putus denganku Lin.. tapi kulihat malam ini dengan sekejap
dia buat status hubungan dengan adek kelas, secepat itu Lin dia melupakan aku
dan menyukai wanita lain! Secepat itu dia mengingkari apa yang pernah dia
ucapkan padaku dulu.. aku benci dia Lin, aku menyesal... kenapa aku dulu begitu
bodoh mau temakan bujuk rayuannya :’(.. kenapa aku begitu bodoh mau percaya
padanya! :’( .. makasi Lin kau sudah mengingatkanku.. dan maukah kau memaafkan
aku Lin?” ucapnya padaku dengan nada penyesalan..
“tentu Er.. tanpa kau mengucapkan maaf
padakupun aku sudah memaafkanmu. Pacaran adalah salah satu cara setan untuk
menyesatkan kita Er.. karena setan sudah berjanji bahwa dia akan selalu
menggoda kita seperti janjinya pada Allah sewaktu dia disuruh tunduk pada nabi
Adam..”
“iya Lina ku sayang :) .. aku sungguh beruntung
memimiliki sahabat sepertimu.. jangan pernah lelah mengingatkaku yah Lin bila
aku melakukan kesalahan lagi?” mintanya padaku.
“InsyaAllah Er.. kau juga jangan takut dan ragu untuk
mengingatkanku yah Er, bila aku melakukan kesalahan, karena aku bukan manusia
yang sempurna. Kesalahan pasti kulakukan karena dosa dan khilaf tak luput dari
dalam diriku, maka dari itu aku membutuhkanmu er.. “ ucapku pada Erna
Setelah percakapan itu sejak itu kulihat
berangsur-angsur Erna mulai kembali lagi seperti dulu..
Kita hidup didunia ini memang saling
membutuhkan satu sama lain, karena ketika kita dalam masa futur (terpuruk/saat
iman kita lagi lemah) datang menghadang, saat itulah kita butuh seseorang untuk
menyemangati kita.. maka dari itu kita butuh seorang sahabat untuk selalu
mengingatkan kita dan untuk selalu menegur kita bila kita dalam kesalahan, dan
ingatlah! ketika sahabatmu datang untuk menasehatimu, bukan karena dia itu ada apa-apa
denganmu, tapi karena dia SAYANG PADAMU ^_^
Bissmillaahirrohmaanirrohiim yaAllah.. semoga
kami bisa istiqamah dengan ini semua, karena taat padamu adalah proses, dan
untuk menuju proses itu ada banyak batu yang harus kami lalui.. bantu kami
untuk tetap berjalan yaAllah, meski jalan yang kami lewati kadang tak mulus dan
bahkan berduri, meski kadang darah menjadi pengorbanannya tapi aku tak takut
yaAllah (insyaAllah) karena aku tahu Kau kan selalu ada untu kami :)
By : ukhtii
Kelincii ^_^
No comments:
Post a Comment