Bismillahirahmannirahim...
Kukenal
dia ketika aku semester awal S1 di fakultas Farmasi pada salah satu
Universitas Swasta terbesar di Makassar. Nisa (nama samaran). itulah
namanya, kesanpertama yang kudapatkan tentangnya. Subhanallah Allah
menganugrahkan keelokan padanya dengan mengindahkan rupanya. Nisa gadis
yang sangat cantik, kulitnya putih bersih, wajah yang begitu sempurna
dengan tahi lalat di matanya. Bolamata yang indah dengan pancaran
kecerdasan yang begitu jelas. Dia juga sangat wangi, wangi yang sangat
lembut, yang sampai sekarang masih mampu kuingat. Penampilannya sama
dengan teman-teman kuliahku, jilbab kecil tipis yang dililit atau
dipeniti dengan sangat rapi, dia sangat suka menggunakan jilbab merah
dan pink, sangat cocok dengan kulitnya yang putih.
Awalnya
aku hanya mampu mengaguminya sebagai teman yang cantik dan pintar.
Namun aku tak begitu tertarik untuk mengenalnya lebih jauh. Bukannyaaku
minder, namun pola pikir kamiyang kurasa berbeda. Selain itu aku
mendengar dari beberapa temanku, kalau Nisa anaknya sombong dan
individualis. Padahal kegiatan dikampus terutama di Laboratorium
membutuhkan kerjasama dalam tiem dan kelompok. Ada pula yang mengatakan
kalau dia sok pinter dan gak mau disaingi.
Hal ini yang
membuatku agak enggan mengenalnya lebih jauh. Hal lainnya karena aku
seorang akhwat, selain dunia kampus, akupun disibukkan dengan amanah
dakwah dimana-mana dan juga tarbiyah. Membuat waktuku betul-betul
terkuras, sehingga kawan yang ku kenalpun hanya mereka yang juga
bergelut didunia dakwah yaitu para akhwat-akhwat.
Namun
aku kemudian merasa ada yang kurang dengan keseharianku, aku merasa
dakwah fardiyah pada teman-teman yang pada dasarnya ku temui tiap hari
sangatlah kurang. Padahal setiap harinya ku mengisiliqo dan membuat
ta’lim dengan menghadirkan orang-orang yang tak kukenal.
Lalu
bagaimana mungkin teman-teman bahkan sahabatku dikampus tak tersentuh
dengan dakwahku. Maka kumulai melirik mereka, membuat kajian jum’at
dikampus dan akupun bergabung di BEM fakultasku.
Ada
yang menarik dalam tiap kajian jumat yang aku adakan. Yah, aku selalu
menemukan sosokNisa di sana. Bahkan terkadang dia datang lebih dulu dari
teman-teman yang lain yang notabene akhwat. Satu hal yang ku ingat
darinya, dia selalu shalat tepat waktu. Terkadang aku malu, ketika di
lab aku kadang begitu antusias melakukan praktikum, sehingga kadang aku
mengabaikan azan Dzuhur atau azar, maka Nisa pasti selalu menhampiriku
dan membisikkan padaku kalau telah azan lalu mengajakku ke masjid atau
ruang shalat di Lab, dan memintaku untuk meletakkan gelas kimia atau
pereaksi kimia dari tanganku itu. Nisa, semakin membuatku penasaran.
Aku
semakin tertarik mengenalnya lebih dekat, Alhamdulillah Allah memberiku
kesempatan mengenalnya lebih jauh. Pada suatu semester baru, aku
ditempatkan satu kelompok dengan Nisa. Kelompok praktikum untuk
matakuliah yang sangat susah dan membutuhkan banyak waktu dalam
menyelesaikan laporan dan tugas. Akhirnya kami memutuskan untuk
mengerjakan tiap hari tugas itu di rumah Nisa, yang kebetulan mempunyai
referensi buku yang lumayan banyak. Jadilah aku tiap hari kerumahnya.
Nisa gadis yang sangat bersih, rapi, dan teratur. Aku malu jika
membandingkan kamarku dengan kamarnya, hehe..aku berantakan, dan
seenaknya meletakkan barang, tapi Nisa, dia bahkan melipat tiap kantong
pelastik di rumahnya dan menyimpannya pada kardus kecil, sangat rapi.
Nisa
mempunyai seorang kakak laki-laki, itu aku tahu ketika melihat foto
keluarga pada bingkai kecil di kamarnya. Nisa tinggal berdua dirumah itu
dengan kakaknya, sedangkan orangtuanya tinggal dikampung. Namun ketika
ku tanyakan tentang kakaknya, dia terlihat murung, dia Cuma mengatakan
kalau kakaknya tidak begitu dekat dengannya. Akupun tak mau terlalu
mendesaknya untuk bercerita, aku tak mau membuatnya tak nyaman.. Namun
aku cukup terkejut ketika tak sengaja aku melihat belasan botolobat
didalam lemarinya, ketika kutanyakan, dia Cuma tersenyum dan mengatakan
hanya vitamin biasa.
Aku dan Nisa semakin akrab
sejaksemester itu, dan sejak itu tak jarang dia curhat padaku. Tentang
semuanya, tentang teman-temanya yang menganggapnya sombong, tentang
keluarganya, tentang pacar-pacarnya, aku termasuk akhwat yang tak suka
mendoktrin teman-temanku tentang larangan pacaran, kubiarkan mereka
bercerita padaku tentang itu, lalu aku mengikuti tiap perkembangan
hubungan mereka, sehingga akupun mendapat kepercayaan mereka, barulah
ketika mereka mulai bermasalah dengan pacarnya atau mempertanyakannya
pendapatku tentang pacaran, baru aku menyelipkan nasihat-nasihat tentang
itu, sehingga obrolan yang pada dasarnya nasihat itu lebih berkesan
diskusi atau curhat buat mereka dan aku tak sok menggurui, dan tak
sedikit akhirnya temanku memutuskan pacarnya dengan trik seperti ini
hehe.. tapi ini rahasia yah.. Hingga suatu hari, pada awal semester baru
lagi, aku dan Nisa sepakat untuk memprogram matakuliah yang semester
lalu belum kami ambil, jadinya kami berdua harus kuliah denga yunior.
Kuliahpun kami pilih hari sabtu pagi sebelum kuliah bahasa arab, hari
yang bebas parktikum untuk kelas kami. Nisa punya kebiasaan untuk
janjian denganku pada malam sabtunya lewat sms, dia akan menanyakan
apakah aku akan ikut kuliah besok? Jika tidakdiapun malas untuk datang…
hemm kebiasaan buruk, tapi juga wajar, mana ada yang betah kuliah dengan
yunior
Suatu pagi dihari sabtu, selepas kami kuliah,
sambil menunggu dosen dan teman-teman yang belum datang, kuliah
berikutnya yaitu bahasa arab, aku duduk berdua dengan Nisa di depan
kelas. Ruang kuliah sangat sepi, hanya ada aku dan Nisa yang datang
cepat karena ada kuliah pagi. Waktu itu langit sangat mendung, bahkan
gelap, pertandahujan deras akan segera mengguyur kota Makassar siang
itu. Ada yang berbeda dari Nisa yang biasanya ceria, pagi itu dia diam
dan sedikit murung, matanyasembab sangat jelas dia baru sajamenangis.
Aku lalu bertanya padanya ada apa? Dia hanya diam, dan menggeleng,
akupun mendesaknya untuk bercerita. Hingga akhirnya dia lalumenyingkap
roknya dan memperlihatkan betisnya. Allah, aku terkejut, begitu banyak
memar di betisnya, lalu dia memperlihatkan lengannya, kulit putihnya
kini berhiaskan lebam-lebam biru kehijauan. Ada apa denganmu teman?
Dia
lalu bercerita, kalau sejak kecil dia menderita Epilepsi (ayan),jika
penyakitnya kumat, kepalanya seakan dialiri jutaan watt listrik, begitu
sakit sehingga jika dia tak tahan sakitnya, diapun kejang-kejang tak
sadarkan diri, di beru saja tadi pagi kambuh di kamar mandi ketika
sedang mencuci, beruntungkakaknya masih di rumah, sehingga dia segera
tertolong.
Semua badanya lebam dan memarkarena
terbentur tembok dan barang-barang saat kejang-kejang. Dia bercerita
sambil menangis, dia harus menelan puluhan tablet penenang tiap harinya,
yang jika terlambat sedikit saja dia konsumsi, akan membuat penyakit
epilepsinya kambuh. Selain itu, tekanan dan kecapaianpun dapat
menyebabkannya kumat. Dia malu jika penyakitnya kambuh ditengahbanyak
orang, bagaimana jika auratnya terbuka ketika dia tak sadarkan diri
ketika kejang, dan itu telah sering terjadi. Dia lelah, kadang dia
mempertanyakan kepada Allah, kenapa mesti dia yang mengalaminya, dia
punya banyak cita-cita, ingin mempunyaiapotek, ingin bekerja di Balai
POM,dia ingin segera menikah dan punya anak. Namun ketika ia menyadari
Epilepsi yang dideritanya dapat merenggut nyawanya kapan saja, dia lalu
menangis dan sangat sedih.
Lalu kembali pertanyaan itu
hadir, kenapa harus dia? Kenapa bukan orang-orang yang selama hidupnya
hanya berbuat sia-sia dengan maksiat? Kenapa bukan orang yang tak
menghargai hidupnya yang selalu ingin bunuh diri hanya dengan masalah
picisan? Aku ingin lebih baik, masihbanyak hal yang ingin aku capai. Dia
mengatakan padaku satu hal yang tak akan pernah kulupakan.“Aztri, kamu
tahu? Kenapa selamaini begitu masuk azan, aku akan bergegas shalat,
karena aku takut, jika aku menunda shalatku,lalu kemudian ternyata Allah
membuat penyakitku kumat, dan lalu aku mati sebelum menunaikanshalat.
Penyakitku pisa kambuh kapan saja, itu berarti aku dapatdiambilNya kapan
saja” katanya dengan isak tangis.
Sungguh, pemikiran
yang sederhana, namunmampu menghempaskanku ke titik nol. Aku yang begitu
paham makna takdir dan ajal, namun takpernah memikirkan dengan
begitunyata. Aku kadang berfikir Ajalku masih sangat jauh, bahkan kadang
tanpa aku sadari aku merasa hanya orang lain yang akan mengalami
kematian. Bukan, bukannya aku tak percaya ajal, tapi ada kalanya kita
begitu tenggelam dengan dunia sehinggakemudian melupakan tamu yang dapat
datang kapan saja itu.. ajal… kematian..
Lalu Nisa pun
mengatakan padaku, “Aztri, aku takut mati, aku takut tak mampu
mempertanggung jawabkan perbuatanku selama hidup ini. Apayang harus
kukatakan pada Allah nanti. Aku mau mati dalam keadaan terbaikku, tapi
bagaimana jika penyakitku kumat di kamar mandi, seperti tadi pagi?Aku
tak mau mati di kamar mandi,tempat yang kotor, bagaimana jika aku dalam
keadaan aurat yang terbuka, aku malu menemui Allah dengan keadaan
seperti itu. Bagaimana jika Allah mengambilku ketika aku serangan dan
aku takmampu menyebut namanya karena dalam keadaan tak sadar? Aku tak
mampu menahan air mataku, akupun ikut menangis.Baru kali itu aku merasa
kematianbegitu dekatnya. Tanpa sadar dalam hati aku berdoa “Ya Rabb,
penguasa Alam semesta, barilah akhir yang baik pada kami..”
Sejak
itu aku semakin dekat dengan Nisa, dia pun mulai mengikuti tarbiyah,
dia mulai memanjangkan jilbabnya, yang tadinya dia lilit, kini dia mulai
menutupkan ke dadanya. Kemana-mana aku bersamanya. Teman-temanpun heran
melihatnya, bagaimana mungkin aku bisa tiba-tiba akrab dengannya.
Pada
suatu sabtu pagi, aku ke kampus seperti biasa, hari ini ada kuliah
dengan Nisa, namun yang aku herankan, sejak semalam akumenunggu sms
Nisa, tapi tak ada satupun, akupun meng smsnya apa dia mau kuliah atau
tidak, namun smsku pun tak dibalas sejak subuh. Aku piker mungkin
pulsanya habis. Sesampaiku di kampus, aku baru tahu kalu sabtu itu ada
wisuda, jadi semua kegiatan perkuliahan di tiadakan. Aku mencari Nisa ke
mana-mana, dari kelas ke kelas, ku tanyak pada teman-teman apa ada yang
melihatnya. Namun tak satupun yang melihatnya pagi itu. Aku lalu
berfikir mungkin dia sudah tahu hari ini kuliah diliburkan maka dia tak
datang kekampus. Aku pun pulang tanpa memikirkannya lagi.
Namun
pada pukul 10 malam. tepatnya malam ahad, ketika akusedang berkumpul
dengan keluargaku, tiba-tiba telpon pun bordering, aku mengangkatnya
tanpa prasangka apa-apa. Namunternyata yang menelpon adalah temen
kuliahku, dia memberitakanberita yang seketika mampu melemaskan semua
persendianku..Nisa meninggal dunia, entah jam berapa, namun mayatnya
baru ditemukan tadi jam 09.00 malam dalam keadaan kaku dan membiru,
tertelungkup di kamarnya. Seolah aku tak berpijak di bumi, langit di
atasku seolah runtuh.
Selanjutnya aku langsung menuju
kerumahnya ku tahan air mataku seolah ini hanyaberita bohong, aku masih
berharap menemukan Nisa di rumahnya dan menyambutku di depan pintu
dengan senyuman seperti biasa. Namun sesampiku disana, lorong ke
rumahnya telah penuh dengan kerumunan warga setempat, raungan serine
ambulans sejak tadi terdengar. Kusingkap kerumunan, orang-orang yang
mengenalku dekat dengan Nisa segera memberiku jalan, bergegas ku ke
ambulansnya, dankutemukan sosok yang sangat kusayangi, sahabatku Nisa
dalam balutan selimut, tubuhnya kaku dengan posisi tak biasa,
wajahnyatelah membiru dan bengkak. Allah,apa yang dia khawatirkan
terjadi.Nisa sahabatku, ada apa denganmu? Kenapa jadi begini?
Badanku
tiba-tiba limbung di depan pintu ambulans, sebuah tangan menangkapku
sambil membisikkan istigfar ke telingaku,ternyata dia salah seorang
akhwat temanku dikampus. Dibimbingnya aku ke kamar Nisa, ku dapati
kamarnya berantakan tak rapi seprti biasa, kertas berhamburan
dimana-mana, obat-obatnya berserakan dimana-mana. Salah seorang temanku
menceritakan padaku. Nisa baru ditemukan kakaknya tadi ketika dia pulang
pukul 09.00malam, tak ada yang tahu pukul berapa Nisa meninggal namun
jika melihat kondisi kamarnya, dimana lampu yang masih menyala dan tirai
yang masih tertutup, kemungkinan dia meninggal kemarin malam, hari itu
dia sendiridi rumah, tak ada yang menemaninya. Barulah ketika kakaknya
pulang pukul 09.00 malam dia menelpon dan HPnya berbunyi di kamarnya,
tapi Nisa tak mengangkatnya. Dan di temukan Nisa telah kaku dan
membiru..
Allah… bagaimana mungkin secepat ini,
sempatkah ia menyebut namaMu? Betapa sakitnya sakaratul maut yang ia
rasakan, dan dia menghadapinya sendiri, Rabb adakah namaMu dia ucapkan?
Baru saja kurasa mengenalnya, baru saja dia mengatakan ingin mengenal
islam lebih jauh, beru kemarin ku rasa dia mengatakan ingin menggunakan
jilbab lebar sepertiku. Masih dapat ku ingat dengan jelas ketika aku
bermain ke rumahnya, dia minta aku meminjamkan jilbab hitam lebar yang
aku gunakan saat itu sebentar saja. Dia memakainya berdiri di depan
cermin dengan senyuman yang sangat manis, Nisa begitu cantik dengan
jilbab lebar yang aku pinjamkan padanya. Lalu dia memperagakan wajah
malu-malu katanya jika adaikhwan yang mengkhitbahnya, diaakan mengangguk
malu seperti ini.Aku tertawa terpingkal-pingkal saat itu, namun
sekarang ketika mengingatnya malah yang kurasakan perih yang amat
sangat, di sini, di hatiku..
Teman membisikkan kalau
ambulans yang mengantar jenazah menuju ke kampung halamanya akan segera
berangkat, Nisa akan dikebumikandi kampungnya, kami pun berkumpul di
sekitar ambulans mengantar kepergian Nisa. Melihatnya untuk terakhir
kalinya, Serine segera menggelgar, memecah keheninganmalam saat itu,
Ambulans yang berisi jasad Nisa terlah pergi, Nisatak ada lagi, namun di
sini di hati ini dia tetap ada, Semangat hidupnya menjadi kakuatanku,
Nisa sahabatku yang cantik, selamat jalan. Sampaikan salamku pada Rabb
kita, Aku yakin niatmu yang tulus telah terukir dengan indah di buku
amalanmu. Tersenyumlah kawan, kau begitu cantik dengan senyummu.
Tunggu aku, akupun pasti akan menyusulmu, di sana di JannahNya.. pergilah..Kulepas kau dengan ikhlas.. Dengan Senyum..
2 comments:
Subhanallah...kita tidak bisa menilai seseorang dari kulit luarnya saja ya...karena kita tidak tau apa yang ada dibaliknya...merinding membaca cerita tadi, adzan dah berkumandang...langsung shalat dulu ya....makasih untuk ceritanya yang sekaligus mengingatkan untuk selalu shalat tepat waktu...<3
@meitasulianti
:)
iyya mbak :)
Post a Comment